Langsung ke konten utama

Honeymoon Kedua di Kuala Lumpur 5D 4N (D-2 : Putrajaya)

Waktu subuh di Kuala Lumpur hari ini pukul 06.08. Tadi malam saya sudah meminta mama untuk membangunkan jaga-jaga misalkan bablas ketiduran karena kecapekan hihihi.. Sebelum pukul enam ponsel sudah berdering tanda panggilan dari mama, saya langsung mematikannya lalu membalas melalui pesan jika saya sudah bangun. Setelah merenggangkan badan sebentar saya masuk ke kamar mandi dan menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan, kemudian baru membangunkan suami.

Sebelum pukul tujuh kami sudah bergegas keluar dari hotel, menyelesaikan urusan administrasi lalu check-out dari hotel tersebut, berbekal gmaps, kami berjalan kaki menyusuri jalan yang tidak terlalu besar hingga tiba di jalan protokol, kemudian menyebrang dan sampai lah ke hotel tujuan dimana kami akan menghabiskan beberapa malam ke depan di hotel ini.

Suami langsung menuju ke meja resepsionis, syukurnya mereka memperkenankan kami untuk langsung check-in pagi itu, karena kebetulan kamar yang kami pesan memang sedang kosong, untunglah jadi tidak perlu bolak-balik lagi. Setelah menyelesaikan urusan administrasi dan membayar pajak juga deposit, saya dan suami langsung bergegas ke lantai atas tempat kamar kami berada, masuk kamar lalu meletakkan barang-barang, kamarnya kecil tetapi cukup, kebersihannya oke, kamar mandinya juga baik, setelah puas mengecek kamar, kami langsung keluar hotel lagi.

Di sebrang jalan ada toko 7-Eleven, kami mampir sebentar untuk membeli susu dan roti, soalnya pagi ini kami mau mengejar kereta pagi ke Putrajaya, jadi takut tidak sempat jika harus mampir dan sarapan di rumah makan. Setelah berjalan kaki tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dari hotel, kami menjumpai stasiun LRT Sultan Ismail, berjalan kaki menaiki tangga karena stasiun keretanya berada di atas, kemudian dalam kondisi masih terengah-engah, kami membeli token kereta yang akan mengantarkan kami ke KL Sentral.

Suami berpose sembari menunggu kereta di LRT Sultan Ismail

Sesampainya di KL Sentral, suami menuju loket KLIA Transit sementara saya celingukan melihat kesibukan warga di stasiun ini, semua berjalan dengan cepat, banyak pekerja, sebagiannya pasti mahasiswa, kalau yang celingukan gak jelas kayaknya turis juga hahaha.. Mata saya tertuju kepada outlet Burger King, lalu keinginan tersebut saya tepis karena kami harus tiba di Putrajaya sepagi mungkin. Selesai membeli tiket, kami pun menunggu kereta tiba di platform yang sesuai dengan tujuan.

Stasiun pukul sembilan pagi


KLIA Transit yang sepi

Tidak berapa lama menunggu, kereta kami sudah tiba, tidak banyak penumpang yang menggunakan KLIA Transit ini, mungkin karena harganya yang terbilang lebih mahal daripada kereta biasa, hanya saja cuma kereta ini saja yang dapat mengantarkan kami menuju Putrajaya, jadi ya tidak ada pilihan lain. Lagi pula karena sepi begini jadi terasa lebih eksklusif ya, terlebih lagi desain interior keretanya lebih mewah, kursinya juga lebih empuk dan cantik. Harga memang tidak pernah bohong.

Sepanjang perjalanan tidak banyak pemandangan yang disuguhkan tapi tetap saja pandangan saya tidak bisa teralihkan dari jendela. Cukup lama juga barulah kami sampai di Putrajaya, kami turun dari kereta kemudia mencari tempat pemberhentian bus, setelah membeli tiket, saya dan suami langsung menaiki bus yang mengantarkan kami ke Masjid Putra.

Putrajaya adalah pusat administrasi Malaysia yang baru menggantikan posisi Kuala Lumpur. Karenanya bangunan-bangunan pemerintah berjejer di sepanjang jalan menuju Masjid Putra, tempatnya sangat tertata rapi dan bersih, bangunannya yang megah, memanjakan mata saya. Tidak terasa sampai juga kami di Masjid Putra, tempat yang terkenal di kalangan wisatawan.

Saya dan suami pun tidak sabar untuk mengabadikan momen berdua, tetapi tiba-tiba saya menjatuhkan ponsel suami yang akan kami pergunakan untuk foto, foto suami terjatuh dari tongkat selfie pas dengan posisi layar menghantam tanah, kami berdua terdiam sejenak saling pandang, kemudian seperti dugaan layar ponsel sudah retak, untungnya (untung?) ponsel masih bisa digunakan. Saya merasa sangat bersalah, kemudian suami menghibur dan menangkan, jangan sampai insiden ini merusak momen liburan dan kebahagiaan suami, walaupun dari raut wajah suami juga ngenes sih hahaha..

Putrajaya

Puas berfoto-foto dengan kamera ponsel saya, kami pun mencari makan siang, kami berjalan menuruni tangga yang terletak di tempat kami berfoto, lalu mendapati food court yang menjual berbagai jenis makanan, pilihan kami jatuh kepada gerai halal yang ada disitu, yang menawarkan berbagai pilihan makanan khas Malaysia, setelah membayar, kami memilih makan di luar dengan pemandangan ke arah danau tadi.

Nasi Briyani dan Teh Tarik

Perut pun sudah kembali damai dan siap untuk melanjutkan perjalanan, kami singgah sebentar memasuki Masjid Putra untuk sekedar berfoto, turis disini wajib mengenakan jubah yang sudah disediakan penjaga jika memakai pakaian yang tidak menutup aurat, karena saya dan suami sudah memakai pakaian sesuai syariat kami langsung masuk tanpa harus memakai jubah lagi. Sedikit susah mengambil foto yang bagus disini karena banyak wisatawan yang berlalu lalang, jadi kami berfoto ala kadarnya saja.

Masjid Putra

Tujuan selanjutnya adalah Laman Perdana, karena awalnya kami bingung dimana letak Laman Perdana walaupun sudah bertanya dengan penjaga, kami sempat mondar-mandir di tengah hari yang sangat terik, kaki pun sudah mulai sakit karena sudah terlalu lama berjalan. Di tengah perjalanan, kami mampir untuk berfoto sebentar di depan Putra Perdana (Kantor Perdana Menteri Malaysia). 

Putra Perdana (Kantor Perdana Menteri Malaysia)

Lagi-lagi saya tidak bisa mendapatkan foto yang bagus, kali ini kendalanya matahari yang sudah tepat berada di atas kepala, dan bersinar sangat terik. Bahkan untuk sekedar membuka mata saja sudah susah, alhasil saya memoto suami dari bawah pohon rindang, dan hasil foto di atas adalah hasil dari foto yang saya crop, aslinya ada suami disitu hahaha..

Kami harus berjalan menaiki anak tangga yang cukup banyak untuk sampai di Laman Perdana, di tengah perjalanan rasanya saya sudah tidak sanggup untuk terus berjalan sehingga kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman rindang, semilir angin yang sejuk hampir membuat kami terpejam, untungnya masih ingat malu, nanti dikira gelandangan pula.

Cocok untuk melepas penat 

Setelah sampai di Laman Perdana kami menjumpai halte bus lalu menunggu bus yang akan mengantarkan kami ke Taman Botani, setelah menunggu cukup lama, tidak ada satu pun bus yang berhenti di halte tersebut, dan tidak ada seorangpun yang bisa kami tanyai, setelah mengecek dari gmaps ternyata Taman Botani terletak cukup jauh dari sini.

Ya mau tak mau kami memutuskan untuk berjalan kaki saja, ya pelan-pelan, mumpung matahari sudah sedikit bergeser dari atas kepala. Ternyata ya benar-benar melelahkan juga berjalan kaki ke Taman Botani, sehingga begitu sampai mata kami sama-sama tertuju kepada kursi pijat yang ada di dalam sebuah bangunan di Taman Botani. Tidak banyak berpikir kami pun langsung naik ke kursi pijat hahaha..

Sebenarnya rencana awal ingin berkeliling di Taman Botani ini dengan sepeda, hanya saja suami tidak tega membiarkan saya menunggu sendirian, sementara saya pakai gamis lengkap jadi tidak bisa menaiki sepeda. Akhrinya kami hanya melihat-lihat sebentar taman yang sejuk dan penuh edukasi tentang berbagai jenis tanaman itu, lalu berjalan kaki lagi menuju tujuan selanjutnya, yakni Astaka Morocco untunglah letaknya tidak begitu jauh dari sini, karena tenaga saya sudah mulai habis.

Pintu Masuk Astaka Morocco 

Saya memotret ponsel suami yang pecah di lorong Astaka Morocco

Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan di dalam Astaka Morocco ini, hanya bisa berfoto saja. Di sebelahnya juga kita bisa melihat danau Putra, jadi kami mampir sejenak untuk bersantai mumpung lagi sepi.

Danau Putra di wilayah Astaka Morocco

Hujan mulai turun rintik-rintik, dan kami tidak tau bagaimana kembali ke stasiun Putrajaya dari sini, kaki juga sudah tidak sanggup lagi berjalan, jurus terakhir kami memesan taksi online hahaha.. Ya sudahlah daripada besok tidak bisa melanjutkan perjalanan karena otot kaki pada kaku. Setelah masuk ke dalam mobil barulah saya bernafas lega.

Sesampainya di Putrajaya Sentral kami langsung kembali ke Kuala Lumpur dengan KLIA Transit seperti tadi pagi. Sebelum kembali ke hotel kami menyempatkan diri untuk berjalan di area Bukit Bintang sesuai rencana di itinerary, menukarkan uang di Money Changer yang terletak di belakang hotel Wolo. Kemudian memasuki satu per satu mall yang terletak tidak berjauhan.

Tidak sengaja saya melihat gerai Burger King yang terletak di Plaza Low Yat, tidak berpikir panjang saya dan suami langsung melipir, karena makan Burger King termasuk ke dalam wish list kami, karena di Medan belum ada gerai yang buka, semoga segera ada, jadi gak perlu jauh-jauh lagi kemari cuma untuk makan burger doang.

Setelah sekian lama bisa nyicip lagi

Selesai makan kami masih sempat muter-muterin mall yang ada disitu, tetapi kaki sudah tidak bisa diajak berkompromi, sehingga mengharuskan kami untuk kembali ke hotel dan mengakhiri perjalanan hari ini. Semoga besok kaki masih bisa diajak jalan-jalan ya.

Pengeluaran D-2 (Banyak yang tidak tercatat) :
Pajak Hotel : RM 30
Deposit Hotel : RM 50
KLIA Transit PP : RM 56 (RM 12/orang)
Burger King : RM 41.80

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...