Langsung ke konten utama

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan.
Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii).
Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website AyahBunda. Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertama, tujuannya agar dapat dipastikan kita belum berovulasi, sehingga tidak mengganggu pembuahan. Saat itu saya sudah tidak haid berbulan-bulan, saat memberikan surat rujukan dr. Mestika juga memberikan saya resep agar saya dapat haid, dan benar saja beberapa hari setelah obat tersebut saya konsumsi, haid pun datang. Nah setelahnya yang membuat deg-degan apakah haid saya dapat berhenti sebelum hari ke-10? Mengingat saya bisa haid dua minggu penuh. Hari ke-8 saya masih haid walau sudah beberapa hari terakhir tinggal flek, saya berdoa, jika memang ini jalannya, saya minta dilancarkan dan dimudahkan setiap prosesnya.

Alhamdulillah, tepat hari ke-9 haid saya berhenti, saya pun langsung menghubungi pihak Pramita untuk memastikan saya dapat melakukan HSG keesokan harinya, beberapa hari sebelumnya saya sudah menghubungi Pramita, dan mereka meminta saya untuk memastikan kapan saya akan melakukan pemeriksaan, saya katakan haid saya tidak teratur, jadi saya tidak bisa memberikan kepastian, bukan karena saya tidak mau, saya juga tau kalau digantungin itu gak enak. Oke skip.

Saran saya saat pergi untuk melakukan pemeriksaan HSG, sebaiknya demi kenyamanan pergilah dengan mobil atau taksi, untuk jaga-jaga saja apabila setelah prosesnya masih merasakan sakit. Saat itu saya juga menyampaikan hal tersebut kepada suami, dan suami pun setuju.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali kami berangkat dari rumah. Sebelumnya saya sudah menggunakan obat pereda nyeri dibantu oleh suami, atas saran dokter Mestika sebaiknya obat tersebut digunakan sebelum pergi ke lab, agar saat disana dapat dipastikan efeknya sudah bekerja. Tepat jam tujuh kami sudah tiba di Pramita, ternyata sudah ada satu pasangan yang tiba terlebih dahulu untuk melakukan pemeriksaan HSG juga. Jadi saya dapat giliran nomor dua. Baiklah tidak masalah.

Saya menunggu sambil harap-harap cemas, ingatan saya tentang pengalaman buibu yang saya baca di forum-forum saat melakukan HSG beraneka ragam, ada yang kesakitan sampai pingsan segala, tetapi pengalaman yang mengatakan jika sakitnya kurang lebih sama seperti nyeri haid, menenangkan saya, apalagi saya sudah pakai obat pereda nyeri sampai dua butir. Seharusnya tidak akan terasa sakit ya kan? Kata saya menghibur diri.

Tidak beberapa lama, nomor antrian satu dipanggil, wanita itu masuk ke ruangan dengan wajah yang tidak menyenangkan, pastilah sama kekhawatirannya dengan saya. Suami terus menguatkan dan mengingatkan saya untuk tidak putus berdoa, justru pada saat-saat seperti ini adalah waktu yang tepat untuk berdoa katanya, apalagi saat prosesnya sakit nanti, doa akan lebih mustajab.

Sekitar tiga puluh menit giliran saya pun tiba, perut saya mendadak mules mungkin karena stress, suami memberikan semangat dan memberikan isyarat jika dia akan menunggu di luar. Saya meminta kepada perawat untuk mengizinkan suami saya masuk menemani, tetapi tidak diizinkan karena ditakutkan terkena radiasi dari mesin x-ray, jika saya ngotot, suami diminta menandatangani surat perjanjian yang isinya pihak lab lepas tangan jika efek radiasi mengenai suami. Saya berpikir selain ribet, kasihan juga suami, yasudah saya mengalah saja, saya jalani ini sendiri. Bismillah..

Saya diminta berbaring di tempat yang telah disediakan, setelah melepaskan bawahan dan mengenakan kain khusus, dokter spesialis Radiologi pun datang menemui saya, laki-laki, ya ini juga yang membuat suami saya awalnya tidak mengizinkan saya untuk HSG, karena sertelah bertanya sana-sini tidak ada dokter perempuan yang menangani HSG ini, akhirnya suami memberikan izin karena ya terpaksa, apa boleh buat, toh kami sudah ikhtiar mencari yang lain.

Dokter dan perawat langsung menyiapkan alat-alat untuk memulai prosesnya, yang akan dipasang adalah sejenis kateter yang fungsinya untuk menyemprotkan cairan kontras ke dalam rahim, saya sudah mulai komat-kamit berdoa dalam hati, proses pemasangannya tidak sakit, hanya tidak nyaman saja seperti USG trans-v.

Nah penyemprotan akan dimulai, dan ya katanya disinilah letak sakitnya, dokter pun memberikan peringatan jika proses ini akan terasa tidak nyaman. Baik dok, saya siap. Semprotan pertama.. Terasa memang cairan disemprotkan ke dalam rahim saya, lalu dokter dan perawat meninggalkan ruangan untuk melakukan foto x-ray. Tidak beberapa lama dokter kembali, menanyakan apakah saya merasakan nyeri atau mulas? Tidak, sama sekali tidak. Lalu semprotan kedua. Dokter tanyakan lagi, saya katakan belum dok. Terakhir semprotan ketiga. Bagaimana? Tidak, sama sekali tidak ada sakit, nyeri ataupun mulas. Dokter agak bingung. Lalu saya katakan kalau mulas memang dari sebelum masuk ruangan saya sudah mulas dok, jadi saya gak tau bedainnya, ini mulas karena apa. Dokter dan perawat pun tertawa, saya yang malu. Lalu? Selanjutnya?

"Sudah selesai.", kata dokter sambil melepas kateter. "Hah? sudah dok?" Alhamdulillah, tidak butuh waktu lama, mungkin hanya sekitar lima belas menit, dan tanpa rasa sakit yang saya takutkan selama berminggu-minggu ini. Saya pun diperkenankan untuk bersih-bersih dan diberikan sebuah pembalut oleh perawat, katanya untuk jaga-jaga apabila ada cairan kontras dan darah yang keluar setelah prosesnya, dan itu normal.

Setelah bersih-bersih saya pun keluar ruangan disambut dengan rasa terkejut suami saya yang tidak menyangka prosesnya secepat itu. "Alhamdulillah gak sakit." Suamipun langsung tersenyum sembari mengucap syukur, dan memberikan semangat dan menanngkan saya jika hasilnya akan baik-baik saja.

Hasilnya bisa langsung diambil saat itu juga. Suami pun menyelesaikan urusan adminsitrasi terlebih dahulu.

Biaya HSG

Biaya tambahan untuk kateter

Setelah menyelesaikan semua urusan administrasi dan mengambil hasilnya kami pun pulang. Di perjalanan pulang baru saya merasakan efek samping dari proses tersebut, perut bawah saya terasa agak nyeri dan pinggang saya terasa panas, tetapi tidak terlalu sakit, ya hanya seperti nyeri haid biasa. Saya pun melihat hasil pemeriksaannya, bahasanya mudah dimengerti sehingga saya tau semuanya baik-baik saja. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat..

 Hasil x-ray. Terlihat tidak ada penyumbatan.

Kesimpulan hasil

Saya istirahat sampai sore karena perut saya yang agak nyeri, dan sorenya saya sudah jauh lebih baik, tidak ada masalah yang berarti, saya pun meminta suami untuk kami pergi menemui dr. Mestika Sari Ginting, Spog agar dapat menyerahkan hasilnya, suami mengiyakan karena melihat kondisi saya sudah pulih.

Sesampainya disana dr. Mestika Sari Ginting, Spog melihat hasil HSG saya dan beliau juga mengatakan hasilnya bagus, sudah bisa memulai program hamil. Saya pun langsung diberikan resep Profertil 2x1 untuk membantu memperbesar sel telur saya yang diminum mulai hari ke-2 haid, lalu saat hari ke-12 saya diminta datang kembali untuk dipantau melalui USG apakah sel telur saya sudah siap dibuahi. Baiklah, saya akan mulai promil siklus selanjutnya.

Jadi buat buibu yang disarankan dokter untuk melakukan pemeriksaan HSG, jangan takut ya, saran saya minta dokter untuk meresepkan obat pereda nyeri. Siapkan pembalut satu buah, jaga-jaga saja apabila disana tidak diberikan. Siapkan juga obat pereda nyeri seperti Paracetamol, sebagai antisipasi jika setelah prosesnya buibu merasakan nyeri yang tak tertahankan. Satu lagi sebaiknya pergilah dengan mobil, tetapi jangan nyetir sendiri ya hehe.. Atau taksi aja lebih praktis, hari gini ya kan, taksi online murah banyak seliweran. Begitulah, jangan takut ya buibu, semangat demi menjemput calon buah hati! Fighting!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...