Langsung ke konten utama

Konsultasi Embrio

OPU sudah berakhir sembilan hari yang lalu, setiap harinya hingga hari ini saya selalu mengukur lingkar perut dan berat badan, empat hari setelah OPU malahan saya datang ke rumah sakit setiap hari untuk cek lengkap, tekanan darah dan lain-lain, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja, tidak ada indikasi terkena OHSS, bahkan gejala ringan sekalipun seperti kembung tidak saya rasakan, dokter aja kaget, saya apalagi, apakah ini berkat daging kurban yang saya makan setiap harinya berupa dendeng dan rendang? Karena protein tinggi bisa meminimalisir dampak OHSS, ya mungkin saja, karena sehari setelah OPU adalah hari raya Idul Adha, tentu saja saya tidak melewatkan olahan berbagai macam daging kurban yang dimasak mama di rumah.

Tepat hari rabu tanggal 29 Agustus 2018 adalah jadwal kami untuk kembali bertemu dokter Hilma dalam rangka berkonsultasi mengenai embrio kami, selama sembilan hari belakangan saya tidak pernah mendapat 'bocoran' mengenai kondisi calon anak-anak saya hahaha.. Apa kabar mereka? Apakah mereka berkembang dengan baik? Tentu saja saya sudah sangat tidak sabar, dan pukul tiga sore saya dan suami meluncur ke rumah sakit.

Seperti biasa kami duduk sebentar menunggu dokter datang, tidak beberapa lama saya pun dipersilahkan masuk ke ruangan konsultasi, suster sudah senyum-senyum sambil memberikan petunjuk jika saya akan mendapatkan kabar bahagia, saya sudah semakin bersemangat saja. Saya pun menyalam dokter, dan seperti biasa dokter bertanya mengenai kabar saya dan kondisi pasca OPU.

Hingga tiba akhirnya dokter membuka lembaran-lembaran yang berisi gambar yang saya yakin itu foto embrio saya. Dokter menginformasikan dari 37 buah sel telur yang diambil, ada 26 buah yang matang, dan itu sudah bagus karena yang matang sudah lebih dari 50%. Kemudian 26 buah sel telur matang itu masing-masing disuntikkan satu sel sperma dengan metode Intra-Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI), dan ada 18 buah sel telur yang berhasil dibuahi, dan dari 18 buah itu semuanya berhasil membelah. Awalnya dokter berkata dia sempat khawatir saat memantau proses perkembangan embrio saya di lab, karena embryologist sempat mengatakan jika kondisi sel telur saya tidak begitu baik, dokter yakin penyebabnya adalah PCOS saya. Kemudian setelah ditunggu sampai hari ke-5 bahkan hari ke-6 sampai fase late blastosis, ternyata ada 9 embrio yang bertahan dan berkembang dengan baik. Alhamdulillah.. Dokter pun lega, saya apalagi. Kesembilan embrio tersebut sudah dibekukan dan disimpan dengan baik di laboratorium.

Rasanya bahagia sekali melihat foto kesembilan embrio saya berkembang dengan baik sampai tahap blastosis, dalam hati saya berbisik semoga kelak dari embrio-embrio ini Allah ta'ala menganugerahi kami dengan anak yang shaleh dan shalehah. Saya meminta dokter untuk mentransfer tiga buah embrio ke rahim saya pada saat prosedur Embryo Transfer (ET) nanti, tetapi dokter terlihat keberatan lalu menginformasikan jika kehamilan ganda beresiko besar terlebih lagi kehamilan kembar tiga, lalu bercerita tentang pengalaman-pengalaman berat pasiennya yang melewati kehamilan kembar, dan ada juga yang berujung kepada kelahiran prematur. Saat itu juga saya memutuskan, cukup dok, dua saja. Hahaha.. Nyali langsung ciut.

Setelah puas berkonsultasi juga berjanji bertemu lagi pada hari ke-2 haid nanti, saya dan suami langsung berpamitan lalu menuju meja kasir. Suster menginformasikan kesembilan embrio saya sudah disimpan dalam lima rumah istilahnya, satu rumah hanya muat menyimpan dua embrio yang sudah sampai tahap blastosis, jadi kami menyewa lima rumah untuk kesembilan rumah kami. Baik suster, kesimpulannya?

Biaya penyimpanan embrio per rumahnya adalah Rp 2.500.000,-. Sementara untuk biaya per bulannya adalah Rp 100.000,- per rumah, yang di awal harus dibayar untuk enam bulan kedepan. Baiklah setelah dikali-kalikan untuk biaya awal sewa rumah dan biaya per bulan untuk enam bulan kedepan totalnya Rp 15.500.000,- ditambah lagi biaya untuk kultur blastosis sebesar Rp 1.000.000,-. Saya dan suami terperanjat sebentar hahaha.. Walaupun kami sudah tau mengenai informasi tentang ini sebelumnya, tetap saja totalannya mengagetkan. Lalu suster melanjutkan penjelasannya, dan segera saja suami melunasi semuanya, kemudian  kami pun beranjak pulang.

Pokoknya hari ini antara senang dan kaget, tapi daripada itu saya dan suami sangat bersyukur kami mempunyai calon anak-anak yang begitu banyak hihihi.. Kami punya beberapa tabungan untuk kedepannya, jika untuk program anak kedua atau seterusnya kami hanya tinggal melakukan Frozen Embryo Transfer (FET) saja, tidak perlu mengulang prosesnya dari awal yang begitu panjang. Semoga saya haid tepat waktu sehingga saya bisa segera memulai proses ET.

Komentar

  1. Hi sis.. apakah sudah berhasil hamil?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sudah masuk 13w sis. Maaf belum sempat update blog, masih belum fit.

      Hapus
  2. Mbak bolehkah kami diberi gambaran untuk biaya yg mbak kluarkan untuk proses ivf ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dari awal sampai positif hamil kena sekitar 65jt mba, setiap pasangan berbeda2 ya mba tergantung kondisinya.

      Hapus
  3. maaf mbak, blm ada cerita ttg embrio transfer yaa?? kapan berhasilnya mbak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah saya update ya mba, maaf kelamaan vakum hehe..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...