Satu hal yang saya tanamkan dalam diri saya sebelum saya memulai program baru ini, saya harus meluruskan niat saya untuk memiliki keturunan, semua usaha dan hasil yang akan saya peroleh saya fokuskan semata karena Allah Ta'ala. Saya ingin mempunyai anak yang shaleh dan shalehah agar memperberat timbangan amal saya kelak di akhirat, saya ingin memiliki anak untuk memberikan keturunan dan membahagiakan suami saya, membahagiakan suami termasuk ibadah bukan?
Selanjutnya setelah saya meluruskan niat karena Allah Ta'ala, berarti saya harus ikhlas dan memasrahkan segalanya kepada Allah. Saya akui inseminasi yang lalu saya seakan terlalu menuntut, ya Allah jadikan kehamilan saya kado lebaran tahun ini, lalu apa yang terjadi? Tiga hari sebelum Idul Fitri darah haid mengucur dengan derasnya. Siapa saya memaksakan kehendak kepada Allah? Tahu apa saya jika lebaran tahun ini adalah momen terbaik untuk mendapatkan testpack dua garis? Allah Ta'ala lah yang Maha Mengetahui, Allah Ta'ala lah yang tahu kapan waktu terbaik saya untuk hamil. Allah yang Maha Berkehendak, rencana-Nya sempurna, rencana saya bukanlah yang terbaik menurut-Nya.
Saya belajar banyak hal dari kegagalan terakhir tersebut, saya mencoba untuk lebih berpasrah hanya kepada Allah Ta'ala, menyingkirkan ego pribadi saya, berdoa lebih tulus, meminta lebih lembut, karena tidak ada seorangpun yang dapat memaksa-Nya. Jadi program kali ini saya bertekad demikian, saya akan lebih berpasrah dan menyerahkan hal sekecil apapun kepada kuasa Allah Ta'ala. Ya Allah, bimbing saya. Itu yang selalu saya ucapkan dalam hati saat akan memulai setiap prosesnya.
Saya juga meyakinkan diri saya berulang kali, jika kedepannya saya menemui kendala, itu hanyalah ujian dari Allah Ta'ala agar saya senantiasa hanya berharap kepada-Nya Saya tidak boleh sedih, tidak boleh stress apalagi kecewa, bukankah saya sudah memasrahkan semuanya hanya kepada Allah Ta'ala sedari awal? Saya cukup berdoa dan berusaha yang terbaik, semampu saya, selebihnya saya serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ketika semuanya telah mantap, tekad juga sudah bulat sebulat pipi saya :") hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yak saya haid! Walaupun sedikit terlambat karena harus menunggu beberapa hari walaupun obat pelancar haid yang harus dikonsumsi setiap harinya selama sepuluh hari sudah habis. Kami pun dengan semangatnya berangkat ke rumah sakit sembari saling menguatkan jika apapun yang terjadi akan kami lewati semuanya bersama-sama ciiieee.. Tanpa kami ketahui ada kabar buruk yang menanti.
"Pak.. Ini spermanya sedikit sekali hanya dua juta, tidak ada sama sekali yang bergerak cepat, dan bentuk yang normal hanya dua persen saja. Kalau seperti ini tidak memungkinkan untuk inseminasi, untuk inseminasi butuh minimal sepuluh juta atau tujuh juta lah. Ini kesimpulannya OligoAsthenoTeratozoospermia."
JEEDDEEERRR!!! Bagai disambar petir di sore bolong. Kami berdua tertegun sejenak, sampai saya duluan angkat bicara, dan suami hanya mengangguk-angguk absurd.
Tapi akhir tahun lalu waktu kami cek pertama kalinya suami saya normal semua kok, bisik saya salam hati, tetapi mulut saya hanya bisa berkata, "Ooohh.. jadi gimana dok?"
Dokter menenangkan kami dengan mengatakan, "Masih bisa kok, nanti saya resepin vitamin yang lebih bagus, lalu nanti sebelum inseminasi dicek lagi spermanya ya."
Saya dan suami cuma bisa manggut-manggut, saya sudah menyiapkan diri untuk mendengar berita seperti ini, walaupun saya berpikir suami saya baik-baik saya, toh terakhir kali saat inseminasi spermanya bagus, di atas angka normal, jadi tidak terpikir oleh saya jika hasilnya tiba-tiba drop seperti ini. Oligo, Astheno, Terato, biasa disebut OAT, paket lengkap.
Dokter tetap mengizinkan untuk melanjutkan program ini, walaupun beliau sama sekali tidak dapat menjamin apapun, semuanya tergantung dengan kondisi kami berdua kedepannya. Di saat itulah saya ingat dengan tekad saya sebelumnya, saya tarik nafas panjang, saya pasrahkan semuanya kepada Allah Ta'ala, Bismillah.. Kemudian dokter menjelaskan tahapan-tahapan yang akan saya lalui, berikut saya jabarkan agar lebih mudah dipahami.
Tahapan Inseminasi
1. D2-D9 : Suntik Gonal F 75IU
2. D9 : USG untuk mengecek kondisi sel telur, jika dosisnya kurang akan ditambah.
3. Ketika ukuran folikel dirasa sudah cukup yakni 18mm atau lebih akan diberikan suntikan pematangan.
4. 36 jam setelah suntikan pematangan akan dilakukan inseminasi pertama.
5. 24 jam setelahnya dilakukan inseminasi kedua.
Itu merupakan tahapan secara garis besarnya, dan semua tindakan kedepannya dilakukan sesuai dengan respon tubuh. Jika sel telur saya sulit besar, dosis akan ditambah, dan bisa jadi hari penyuntikan lebih lama, tindakan inseminasi juga tidak bisa dipastikan kapan, tidak selalu pada D14, karena respon tubuh seseorang berbeda satu dengan yang lainnya.
Tidak lupa saya menanyakan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi. Dokter katakan resiko yang mungkin saya hadapi adalah OHSS, yaitu Ovarian Hyperstimulation Syndrome, yakni keadaan dimana sel telur saya merespon berlebihan terhadap suntikan stimulasi, sehingga sel telur saya yang banyak tersebut membesar secara bersamaan, menyebabkan begah untuk gejala yang paling ringan, mual dan muntah untuk gejala menengah, dan yang paling parah retensi cairan, sehingga kerja ginjal menjadi berat, urin bewarna gelap, bisa juga penumpukan cairan di paru-paru dan sebagainya, sehingga saya harus opname. Dokter mengatakan saya termasuk yang tinggi resiko, karena saya PCOS berat, satu indung telur berisi lebih dari 20 folikel. Jadi semoga saja suntikan Gonal F dengan dosis 75IU ini cukup untuk memperbesar beberapa telur sehingga dosisnya tidak perlu ditambah yang akan menyebabkan resiko juga semakin bertambah. Subhanallah..
Lalu kemungkinan terburuk yang akan suami saya hadapi adalah hasil Analisis Sperma berikutnya tidak banyak berubah, yakni tetap OAT. Sehingga dokter hanya berani memberikan persentase keberhasilan inseminasi kali ini hanya 10% saja. Sama dengan persentase inseminasi sebelumnya yang hanya mengandalkan satu sel telur saja. Jadi kali ini kami berusaha lebih hanya untuk mendapatkan persentase keberhasilan yang sama dengan usaha sebelumnya.
Setelah tertegun dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan saya hadapi, saya mengumpulkan kembali kekuatan saya, kembali saya camkan di dalam hati, ini ujian dari Allah, jika Allah yang memberikan cobaan ini makan Allah juga telah menyiapkan jalan keluarnya, saya sanggup melewati ini semua, karena Allah ta'ala tidak akan mungkin memberikan cobaan di luar kemampuan saya.
"Jadi dok, seandainya itu semua terjadi, saya terkena OHSS, suami saya masih tetap OAT. Apa yang akan kita lakukan?"
Saya sudah pasrah jika jawabannya tindakan inseminasi akan dibatalkan, tetapi jawaban dokter mengejutkan saya.
"Saran terbaik dari saya, kita convert ke IVF bu, bayi tabung saja. OHSS ibu akan diminimalisir dengan menyedot semua folikel saat Ovum Pick Up dan sperma bapak bisa dipilih satu saja yang terbaik untuk satu sel telur, yakni dengan metode ICSI."
Apa? Bayi tabung? Bukankah itu jalan terakhir untuk setiap orang yang ingin memiliki keturunan? Sama sekali tidak pernah terlintas di benak saya dan suami untuk ikut program bayi tabung, sedangkan inseminasi saja sudah merupakan hal yang besar untuk kami berdua. Pikiran saya melayang, sehingga tidak sadar saya tertawa kecil mendengar saran dokter tersebut. Bukan, tidak ada yang lucu, saya hanya tidak tahu saja harus berekspresi bagaimana untuk menanggapi saran dokter tersebut.
Baiklah toh ini semua belum pasti, tidak perlu kami pusingkan sekarang bukan? Bisa saja sel telur saya berkembang dengan baik, tidak berlebihan. Mungkin saja sperma suami kembali normal saat pemeriksaan selanjutnya. Serahkan semuanya kepada Allah ta'ala, kita tidak punya daya dan upaya, jalanin saja dengan sebaik-baiknya, biarkan Allah yang membimbing setiap langkah kita. Benar kan?
Selanjutnya setelah saya meluruskan niat karena Allah Ta'ala, berarti saya harus ikhlas dan memasrahkan segalanya kepada Allah. Saya akui inseminasi yang lalu saya seakan terlalu menuntut, ya Allah jadikan kehamilan saya kado lebaran tahun ini, lalu apa yang terjadi? Tiga hari sebelum Idul Fitri darah haid mengucur dengan derasnya. Siapa saya memaksakan kehendak kepada Allah? Tahu apa saya jika lebaran tahun ini adalah momen terbaik untuk mendapatkan testpack dua garis? Allah Ta'ala lah yang Maha Mengetahui, Allah Ta'ala lah yang tahu kapan waktu terbaik saya untuk hamil. Allah yang Maha Berkehendak, rencana-Nya sempurna, rencana saya bukanlah yang terbaik menurut-Nya.
Saya belajar banyak hal dari kegagalan terakhir tersebut, saya mencoba untuk lebih berpasrah hanya kepada Allah Ta'ala, menyingkirkan ego pribadi saya, berdoa lebih tulus, meminta lebih lembut, karena tidak ada seorangpun yang dapat memaksa-Nya. Jadi program kali ini saya bertekad demikian, saya akan lebih berpasrah dan menyerahkan hal sekecil apapun kepada kuasa Allah Ta'ala. Ya Allah, bimbing saya. Itu yang selalu saya ucapkan dalam hati saat akan memulai setiap prosesnya.
Saya juga meyakinkan diri saya berulang kali, jika kedepannya saya menemui kendala, itu hanyalah ujian dari Allah Ta'ala agar saya senantiasa hanya berharap kepada-Nya Saya tidak boleh sedih, tidak boleh stress apalagi kecewa, bukankah saya sudah memasrahkan semuanya hanya kepada Allah Ta'ala sedari awal? Saya cukup berdoa dan berusaha yang terbaik, semampu saya, selebihnya saya serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ketika semuanya telah mantap, tekad juga sudah bulat sebulat pipi saya :") hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yak saya haid! Walaupun sedikit terlambat karena harus menunggu beberapa hari walaupun obat pelancar haid yang harus dikonsumsi setiap harinya selama sepuluh hari sudah habis. Kami pun dengan semangatnya berangkat ke rumah sakit sembari saling menguatkan jika apapun yang terjadi akan kami lewati semuanya bersama-sama ciiieee.. Tanpa kami ketahui ada kabar buruk yang menanti.
"Pak.. Ini spermanya sedikit sekali hanya dua juta, tidak ada sama sekali yang bergerak cepat, dan bentuk yang normal hanya dua persen saja. Kalau seperti ini tidak memungkinkan untuk inseminasi, untuk inseminasi butuh minimal sepuluh juta atau tujuh juta lah. Ini kesimpulannya OligoAsthenoTeratozoospermia."
JEEDDEEERRR!!! Bagai disambar petir di sore bolong. Kami berdua tertegun sejenak, sampai saya duluan angkat bicara, dan suami hanya mengangguk-angguk absurd.
Tapi akhir tahun lalu waktu kami cek pertama kalinya suami saya normal semua kok, bisik saya salam hati, tetapi mulut saya hanya bisa berkata, "Ooohh.. jadi gimana dok?"
Dokter menenangkan kami dengan mengatakan, "Masih bisa kok, nanti saya resepin vitamin yang lebih bagus, lalu nanti sebelum inseminasi dicek lagi spermanya ya."
Saya dan suami cuma bisa manggut-manggut, saya sudah menyiapkan diri untuk mendengar berita seperti ini, walaupun saya berpikir suami saya baik-baik saya, toh terakhir kali saat inseminasi spermanya bagus, di atas angka normal, jadi tidak terpikir oleh saya jika hasilnya tiba-tiba drop seperti ini. Oligo, Astheno, Terato, biasa disebut OAT, paket lengkap.
Dokter tetap mengizinkan untuk melanjutkan program ini, walaupun beliau sama sekali tidak dapat menjamin apapun, semuanya tergantung dengan kondisi kami berdua kedepannya. Di saat itulah saya ingat dengan tekad saya sebelumnya, saya tarik nafas panjang, saya pasrahkan semuanya kepada Allah Ta'ala, Bismillah.. Kemudian dokter menjelaskan tahapan-tahapan yang akan saya lalui, berikut saya jabarkan agar lebih mudah dipahami.
Tahapan Inseminasi
1. D2-D9 : Suntik Gonal F 75IU
2. D9 : USG untuk mengecek kondisi sel telur, jika dosisnya kurang akan ditambah.
3. Ketika ukuran folikel dirasa sudah cukup yakni 18mm atau lebih akan diberikan suntikan pematangan.
4. 36 jam setelah suntikan pematangan akan dilakukan inseminasi pertama.
5. 24 jam setelahnya dilakukan inseminasi kedua.
Itu merupakan tahapan secara garis besarnya, dan semua tindakan kedepannya dilakukan sesuai dengan respon tubuh. Jika sel telur saya sulit besar, dosis akan ditambah, dan bisa jadi hari penyuntikan lebih lama, tindakan inseminasi juga tidak bisa dipastikan kapan, tidak selalu pada D14, karena respon tubuh seseorang berbeda satu dengan yang lainnya.
Tidak lupa saya menanyakan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi. Dokter katakan resiko yang mungkin saya hadapi adalah OHSS, yaitu Ovarian Hyperstimulation Syndrome, yakni keadaan dimana sel telur saya merespon berlebihan terhadap suntikan stimulasi, sehingga sel telur saya yang banyak tersebut membesar secara bersamaan, menyebabkan begah untuk gejala yang paling ringan, mual dan muntah untuk gejala menengah, dan yang paling parah retensi cairan, sehingga kerja ginjal menjadi berat, urin bewarna gelap, bisa juga penumpukan cairan di paru-paru dan sebagainya, sehingga saya harus opname. Dokter mengatakan saya termasuk yang tinggi resiko, karena saya PCOS berat, satu indung telur berisi lebih dari 20 folikel. Jadi semoga saja suntikan Gonal F dengan dosis 75IU ini cukup untuk memperbesar beberapa telur sehingga dosisnya tidak perlu ditambah yang akan menyebabkan resiko juga semakin bertambah. Subhanallah..
Lalu kemungkinan terburuk yang akan suami saya hadapi adalah hasil Analisis Sperma berikutnya tidak banyak berubah, yakni tetap OAT. Sehingga dokter hanya berani memberikan persentase keberhasilan inseminasi kali ini hanya 10% saja. Sama dengan persentase inseminasi sebelumnya yang hanya mengandalkan satu sel telur saja. Jadi kali ini kami berusaha lebih hanya untuk mendapatkan persentase keberhasilan yang sama dengan usaha sebelumnya.
Setelah tertegun dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan saya hadapi, saya mengumpulkan kembali kekuatan saya, kembali saya camkan di dalam hati, ini ujian dari Allah, jika Allah yang memberikan cobaan ini makan Allah juga telah menyiapkan jalan keluarnya, saya sanggup melewati ini semua, karena Allah ta'ala tidak akan mungkin memberikan cobaan di luar kemampuan saya.
"Jadi dok, seandainya itu semua terjadi, saya terkena OHSS, suami saya masih tetap OAT. Apa yang akan kita lakukan?"
Saya sudah pasrah jika jawabannya tindakan inseminasi akan dibatalkan, tetapi jawaban dokter mengejutkan saya.
"Saran terbaik dari saya, kita convert ke IVF bu, bayi tabung saja. OHSS ibu akan diminimalisir dengan menyedot semua folikel saat Ovum Pick Up dan sperma bapak bisa dipilih satu saja yang terbaik untuk satu sel telur, yakni dengan metode ICSI."
Apa? Bayi tabung? Bukankah itu jalan terakhir untuk setiap orang yang ingin memiliki keturunan? Sama sekali tidak pernah terlintas di benak saya dan suami untuk ikut program bayi tabung, sedangkan inseminasi saja sudah merupakan hal yang besar untuk kami berdua. Pikiran saya melayang, sehingga tidak sadar saya tertawa kecil mendengar saran dokter tersebut. Bukan, tidak ada yang lucu, saya hanya tidak tahu saja harus berekspresi bagaimana untuk menanggapi saran dokter tersebut.
Baiklah toh ini semua belum pasti, tidak perlu kami pusingkan sekarang bukan? Bisa saja sel telur saya berkembang dengan baik, tidak berlebihan. Mungkin saja sperma suami kembali normal saat pemeriksaan selanjutnya. Serahkan semuanya kepada Allah ta'ala, kita tidak punya daya dan upaya, jalanin saja dengan sebaik-baiknya, biarkan Allah yang membimbing setiap langkah kita. Benar kan?
Komentar
Posting Komentar