Langsung ke konten utama

Kembali ke dokter lagi.. Inseminasi lagi?

Halo para mommy dan mommy wanna be! Apa kabarnya nih, sudah lama juga saya tidak menulis (mengetik sih) blog lagi. Bukan karena saya berhenti promil, jangan pernah berhenti dong ya sampai berhasil, tetapi karena saya mengumpulkan amunisi untuk menulis dulu baru saya tulis ketika waktu senggang, sebenarnya karena lagi gak mood, karena bagi saya menulis itu membutuhkan mood yang tepat biar nulisnya lancar dan bagus hehehe..

Jadi begini, setelah terakhir saya haid tanggal 12 Juni lalu, yang menegaskan kegagalan inseminasi saya hiks, saya tidak mendapatkan haid lagi, ya bukan hal baru sih bagi penderita PCOS, jadi saya nyantai aja, iseng-iseng testpack juga negatif, baiklah yang penting sudah jelas saya gak hamil, jadi gak perlu worry mau ngapain juga, mau makan apa juga, secara waktu itu bertepatan dengan hari Idul Fitri jadi pastinya sibuk mondar-mondar dan makan ini-itu sampai timbangan badan juga naik beberapa kilogram.

Saya tungguin juga si tamu bulanan gak kunjung menampakkan kehadirannya, mulai deh diskusi sama suami, dan setelah beberapa hari diskusi berjalan alot halah hahaha.. Suami seakan mengetahui isi hati saya dan membaca pikiran saya, ya peka sekali suami saya, termasuk jenis suami langka gak sih? Saya masih ingat sepulang kerja suami mencetuskan ide yang selama ini saya tunggu-tunggu, Paksu mengajak saya untuk kembali ke dokter agar saya bisa haid kembali, ditambah Paksu mengajak saya untuk promil kembali dengan cara Inseminasi, kali ini ditambah suntikan stimulasi supaya tingkat keberhasilannya meningkat. Serasa diterpa angin pantai hati saya seketika menjadi sejuk, saya peluk erat Paksu sambil menjawab, "Ayo!".

Begitulah awal mula langkah kami, tanpa kami sadari ada perjuangan yang lebih besar yang menanti kami, lebih dari yang kami rencanakan, di luar dugaan, bahkan tak pernah kami bayangkan akan kami lewati, sama sekali tak pernah. Setelah saya kirim chat kepada dokter Hilma mengenai kondisi saya, dokter menyarankan saya untuk datang ke Halim Fertility Center yang berada di RSIA Stella Maris lantai 5 pada hari sabtu, tanggal 21 Juli, dan saya pun menyetujuinya.

Sabtu siang kami sudah berangkat dari rumah, karena kami berencana untuk makan siang terlebih dahulu di dekat rumah sakit sebelum datang ke dokter sore nanti. Ya anggap saja ini tanda dimulainya kembali perjuangan kami, jadi harus diperingati dengan makan enak dong. Padahal tiap minggu juga begitu hahaha.. Kami pun menghabiskan waktu sambil makan dan berbincang di restoran Al-Jazeera yang menyediakan beragam variasi kuliner khas timur tengah, saya dan suami suka dengan tempat dan tentu saja rasa makanan di tempat ini.

Kencan dengan suami di akhir pekan

Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 3 sore, kami pun bergegas ke rumah sakit yang terletak tak jauh dari restoran ini. Sesampainya disana kami menunggu cukup lama karena dokter Hilma belum datang, ya wajar ya mungkin ada hal urgent. Akhirnya sesaat sebelum ketiduran hahaha dokter pun datang. Langsung saja kami dipersilahkan masuk ke ruang konsultasi lalu mengutarakan permasalahan yang saya hadapi.

Dokter pun melakukan USG trans-v dan memastikan rahim saya bersih, lalu meresepkan obat untuk pelancar haid, setelah sebelumnya menyuruh saya untuk testpack hanya untuk mengikuti prosedur sebelum diresepkan obat peluruh tersebut, walaupun saya sudah bersikukuh kalau saya tidak hamil, karena ditakutkan jika sudah ada janin di perut yang akan terganggu dengan obat itu. Ya walaupun dengan berat hati karena saya tidak punya pengalaman baik dengan testpack saya lakukan saja dan hasilnya ya negatif.

Setelah resmi saya tidak hamil (halah), dokter pun memberikan resep tersebut, kemudian kami mengutarakan niat kami yang ingin kembali mencoba Inseminasi dan disambut dengan baik oleh dokter, kami disarankan untuk datang kembali ketika saya sudah haid. Suami juga disarankan untuk melakukan Analisis Sperma sebelum saya haid, agar saat konsultasi berikutnya hasilnya bisa sekalian dibacakan.

Puas berbincang dan menanyakan berbagai macam hal terkait program kami kedepannya, saya dan suami berpamitan lalu menuju meja kasir untuk membayar tagihan dan membuat janji untuk melakukan Analisis Sperma tiga hari lagi. Kemudian kami bergegas pulang karena hari sudah semakin sore. Semoga haid saya segera tiba agar program bisa kembali dimulai.

Demi memaksimalkan program baru ini, besoknya kami langsung membeli berbagai macam pengobatan herbal, dan berencana kembali memulai hidup sehat yang selama lebaran terlupakan. Kami membeli kurma, serbuk zuriat, madu import dari Arab dan minyak zaitun yang diperuntukan untuk Paksu, apalagi tiga hari lagi Paksu akan 'ujian', yah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? Saya pun memesan obat herbal yang lainnya secara online yang baru tiba di rumah seminggu setelahnya. Ada zaitun kapsul untuk saya, dan obat herbal untuk diabetes untuk saya juga, cuka apel, dan untuk suami habbatussauda yang sudah dicampur dengan ekstrak pegagan dan bee pollen. Ternyata obat herbal untuk diabetes sepertinya tidak cocok di saya, karena frekuensi BAB saya bertambah, jadi saya hentikan. Demikian juga cuka apel yang terlalu keras untuk lambung saya, tetapi cuka apel ini multi fungsi ya bisa untuk apa saja, jadi saja ubah fungsi untuk toner wajah saja.

 Kurma, serbuk zuriat, madu dan minyak zaitun


Zaitun kapsul, obat herbal untuk diabetes, cuka apel, madu Arab, habbatussauda

Itulah beberapa ikhtiar yang dapat kami lakukan sambil menunggu hari haid saya, untuk mempersiapkan tubuh kami berdua lebih baik lagi pada program kali ini. Sel telur yang baik dan sperma yang kuat dihasilkan oleh tubuh yang sehat kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...