Pemeriksaan sperma dan HGS sudah kami jalani, hasilnya juga baik. Langkah selanjutnya sesuai saran dr. Mestika Sari Ginting, Spog adalah meminum obat yang dapat membantu pembesaran sel telur, bahasa awamnya obat penyubur. Ini adalah program kehamilan pertama kami di obgyn pada bulan Desember tahun 2017. Setelah selama ini hanya mengonsumsi herbal saja dan belum ada hasilnya, kami memutuskan kembali ke dokter untuk memulai program kehamilan.
Saat pembacaan hasil HSG, dr. Mestika Sari Ginting, Spog memberikan saya resep Profertil yang kurang lebih harganya dua puluh ribu rupiah perbutirnya, berikut penjelasan singkat mengenai obat ini yang saya kutip dari Kerjanya.net
Profertil tersebut dikonsumsi selama lima hari berturut-turut, mulai dari haid hari ke-2 sampai ke-5. Lalu tibalah haril untuk pemeriksaan perkembangan sel telur yang dijadwalkan saat hari ke-12 dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Hari ini merupakan hari yang mendebarkan, apakah sel telur saya sudah cukup besar untuk dapat dibuahi?
Tibanya masuk ke ruangan dokter Mestika, tanpa basa-basi dokter menyuruh saya untuk naik ke tempat tidur agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan USG trans-v, alat diarahkan ke indung telur kanan lalu ke yang kiri. Dokter Mestika tampak sedikit kecewa, karena hanya satu sel telur yang merespon obat yang telah diberikan selama lima hari, dan itupun ukurannya belum cukup, hanya 15mm yang seharusnya minimal untuk pembuahan adalah 18mm.
Dokter Mestika pesimis jika bulan ini saya dapat berhasil, apalagi melihat ketebalan endometrium saya hanya 5mm, katanya ketebalan segitu belum mampu untuk "penanaman". Ditambah lagi dengan sel telur saya yang masih 15mm padahal sudah hari ke-12 haid. Dokter menyarankan saya untuk datang kembali dua hari kemudian, tetapi dari kata-katanya beliau juga sudah pesimis. Dokter kemudian memberikan saya pilihan lain, selain untuk kontrol dua hari selanjutnya, saya juga diperkenankan untuk mengontrol sendiri dari rumah dengan LH test strip.
Sesampainya di rumah pikiran saya kacau, hati saya kalut, saya berpikir walaupun sudah diberikan dosis yang tinggi kenapa sel telur saya tidak ada satupun yang siap untuk dibuahi. Saat itu saya sudah kecewa atas harapan saya sendiri, tenaga saya juga sudah hilang, semangatpun ikut luntur. Saya katakan semua yang saya rasakan kepada suami, termasuk saya gak mau untuk kontrol ke dokter lagi. Suami pun setuju.
Selama beberapa hari selanjutnya saya selalu menggunakan LH test strip, terselip sedikit harapan jika ovulasi saya terlambat, tetapi hasilnya nihil, garis kedua di strip tidak pernah seterang garis yang pertama, menandakan ketiadaan ovulasi, dan itu berlangsung hingga saya haid. Baiklah, lebih baik begini daripada saya terus berharap dengan pengharapan kosong. Fix, bulan ini saya gagal.
Sekarang ini saya baru menyadari letak kesalahan saya saat program kehamilan yang pertama ini, karena kecerobohan saya yang kemungkinan besar membuat saya gagal berovulasi walaupun sudah mengonsumsi Profertil tersebut. Nantikan postingan saya selanjutnya ya mengenai program kehamilan di obgyn yang kedua!
Saat pembacaan hasil HSG, dr. Mestika Sari Ginting, Spog memberikan saya resep Profertil yang kurang lebih harganya dua puluh ribu rupiah perbutirnya, berikut penjelasan singkat mengenai obat ini yang saya kutip dari Kerjanya.net
Profertil 50mg adalah obat dengan kandungan zat aktif clomiphene citrate, merupakan obat untuk menstimulasi terjadinya ovulasi pada wanita yang bersifat non-steroid. Clomiphene bekerja pada jaringan yang memiliki reseptor estrogen, seperti hipotalamus, hipofisis, indung telur, rahim, vagina, dan serviks. Clomiphene menstimulasi pelepasan serangkaian hormon pada otak yang menyebabkan pertumbuhan folikel indung telur dan membantu terjadinya ovulasi.Saya diresepkan dengan dosis 100mg per hari, jadi saya harus mengonsumsi dua butir per harinya, atas pertimbangan dokter Mestika karena sel telur saya agak "bandel", sudah saya tanyakan juga apakah saya terkena PCO, dokter Mestika yakin kalau saya tidak mengidap PCO, walaupun siklus haid saya berantakan. Baiklah saya percaya, apalagi sudah dilakukan pemeriksaan USG.
Profertil tersebut dikonsumsi selama lima hari berturut-turut, mulai dari haid hari ke-2 sampai ke-5. Lalu tibalah haril untuk pemeriksaan perkembangan sel telur yang dijadwalkan saat hari ke-12 dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Hari ini merupakan hari yang mendebarkan, apakah sel telur saya sudah cukup besar untuk dapat dibuahi?
Tibanya masuk ke ruangan dokter Mestika, tanpa basa-basi dokter menyuruh saya untuk naik ke tempat tidur agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan USG trans-v, alat diarahkan ke indung telur kanan lalu ke yang kiri. Dokter Mestika tampak sedikit kecewa, karena hanya satu sel telur yang merespon obat yang telah diberikan selama lima hari, dan itupun ukurannya belum cukup, hanya 15mm yang seharusnya minimal untuk pembuahan adalah 18mm.
Hasil USG dan obat Profertil
Dokter Mestika pesimis jika bulan ini saya dapat berhasil, apalagi melihat ketebalan endometrium saya hanya 5mm, katanya ketebalan segitu belum mampu untuk "penanaman". Ditambah lagi dengan sel telur saya yang masih 15mm padahal sudah hari ke-12 haid. Dokter menyarankan saya untuk datang kembali dua hari kemudian, tetapi dari kata-katanya beliau juga sudah pesimis. Dokter kemudian memberikan saya pilihan lain, selain untuk kontrol dua hari selanjutnya, saya juga diperkenankan untuk mengontrol sendiri dari rumah dengan LH test strip.
Sesampainya di rumah pikiran saya kacau, hati saya kalut, saya berpikir walaupun sudah diberikan dosis yang tinggi kenapa sel telur saya tidak ada satupun yang siap untuk dibuahi. Saat itu saya sudah kecewa atas harapan saya sendiri, tenaga saya juga sudah hilang, semangatpun ikut luntur. Saya katakan semua yang saya rasakan kepada suami, termasuk saya gak mau untuk kontrol ke dokter lagi. Suami pun setuju.
Selama beberapa hari selanjutnya saya selalu menggunakan LH test strip, terselip sedikit harapan jika ovulasi saya terlambat, tetapi hasilnya nihil, garis kedua di strip tidak pernah seterang garis yang pertama, menandakan ketiadaan ovulasi, dan itu berlangsung hingga saya haid. Baiklah, lebih baik begini daripada saya terus berharap dengan pengharapan kosong. Fix, bulan ini saya gagal.
LH strip tetap menunjukkan tidak adanya ovulasi
Mbak saya mw tanya, USG di dr.mestika brpa dimensi ya mbak.?
BalasHapusWaktu itu saya 2D, kurang tau apakah ada yang 3D atau gak mba.
BalasHapus