Langsung ke konten utama

Program Kehamilan Pertama di Obgyn bersama dr. Mestika Sari Ginting, Spog

Pemeriksaan sperma dan HGS sudah kami jalani, hasilnya juga baik. Langkah selanjutnya sesuai saran dr. Mestika Sari Ginting, Spog adalah meminum obat yang dapat membantu pembesaran sel telur, bahasa awamnya obat penyubur. Ini adalah program kehamilan pertama kami di obgyn pada bulan Desember tahun 2017. Setelah selama ini hanya mengonsumsi herbal saja dan belum ada hasilnya, kami memutuskan kembali ke dokter untuk memulai program kehamilan.

Saat pembacaan hasil HSG, dr. Mestika Sari Ginting, Spog memberikan saya resep Profertil yang kurang lebih harganya dua puluh ribu rupiah perbutirnya, berikut penjelasan singkat mengenai obat ini yang saya kutip dari Kerjanya.net
Profertil 50mg adalah obat dengan kandungan zat aktif clomiphene citrate, merupakan obat untuk menstimulasi terjadinya ovulasi pada wanita yang bersifat non-steroid. Clomiphene bekerja pada jaringan yang memiliki reseptor estrogen, seperti hipotalamus, hipofisis, indung telur, rahim, vagina, dan serviks. Clomiphene menstimulasi pelepasan serangkaian hormon pada otak yang menyebabkan pertumbuhan folikel indung telur dan membantu terjadinya ovulasi.
Saya diresepkan dengan dosis 100mg per hari, jadi saya harus mengonsumsi dua butir per harinya, atas pertimbangan dokter Mestika karena sel telur saya agak "bandel", sudah saya tanyakan juga apakah saya terkena PCO, dokter Mestika yakin kalau saya tidak mengidap PCO, walaupun siklus haid saya berantakan. Baiklah saya percaya, apalagi sudah dilakukan pemeriksaan USG.

Profertil tersebut dikonsumsi selama lima hari berturut-turut, mulai dari haid hari ke-2 sampai ke-5. Lalu tibalah haril untuk pemeriksaan perkembangan sel telur yang dijadwalkan saat hari ke-12 dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Hari ini merupakan hari yang mendebarkan, apakah sel telur saya sudah cukup besar untuk dapat dibuahi?

Tibanya masuk ke ruangan dokter Mestika, tanpa basa-basi dokter menyuruh saya untuk naik ke tempat tidur agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan USG trans-v, alat diarahkan ke indung telur kanan lalu ke yang kiri. Dokter Mestika tampak sedikit kecewa, karena hanya satu sel telur yang merespon obat yang telah diberikan selama lima hari, dan itupun ukurannya belum cukup, hanya 15mm yang seharusnya minimal untuk pembuahan adalah 18mm.


Hasil USG dan obat Profertil

Dokter Mestika pesimis jika bulan ini saya dapat berhasil, apalagi melihat ketebalan endometrium saya hanya 5mm, katanya ketebalan segitu belum mampu untuk "penanaman". Ditambah lagi dengan sel telur saya yang masih 15mm padahal sudah hari ke-12 haid. Dokter menyarankan saya untuk datang kembali dua hari kemudian, tetapi dari kata-katanya beliau juga sudah pesimis. Dokter kemudian memberikan saya pilihan lain, selain untuk kontrol dua hari selanjutnya, saya juga diperkenankan untuk mengontrol sendiri dari rumah dengan LH test strip.

Sesampainya di rumah pikiran saya kacau, hati saya kalut, saya berpikir walaupun sudah diberikan dosis yang tinggi kenapa sel telur saya tidak ada satupun yang siap untuk dibuahi. Saat itu saya sudah kecewa atas harapan saya sendiri, tenaga saya juga sudah hilang, semangatpun ikut luntur. Saya katakan semua yang saya rasakan kepada suami, termasuk saya gak mau untuk kontrol ke dokter lagi. Suami pun setuju.

Selama beberapa hari selanjutnya saya selalu menggunakan LH test strip, terselip sedikit harapan jika ovulasi saya terlambat, tetapi hasilnya nihil, garis kedua di strip tidak pernah seterang garis yang pertama, menandakan ketiadaan ovulasi, dan itu berlangsung hingga saya haid. Baiklah, lebih baik begini daripada saya terus berharap dengan pengharapan kosong. Fix, bulan ini saya gagal.

LH strip tetap menunjukkan tidak adanya ovulasi

Sekarang ini saya baru menyadari letak kesalahan saya saat program kehamilan yang pertama ini, karena kecerobohan saya yang kemungkinan besar membuat saya gagal berovulasi walaupun sudah mengonsumsi Profertil tersebut. Nantikan postingan saya selanjutnya ya mengenai program kehamilan di obgyn yang kedua!

Komentar

  1. Mbak saya mw tanya, USG di dr.mestika brpa dimensi ya mbak.?

    BalasHapus
  2. Waktu itu saya 2D, kurang tau apakah ada yang 3D atau gak mba.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...