Sejak bulan Desember 2017, program kehamilan pertama di dokter obgyn yang tidak membuahkan hasil, saya sering uring-uringan, pasrah tanpa usaha yang pasti, daripada program ke dokter lagi saya meminta suami untuk membawa saya travelling, kami memutuskan pergi selama 5D4N pada awal Maret 2018. Saya ingin bercerita lebih banyak mengenai pengalaman saya yang melelahkan sekaligus menyenangkan ini, terdapat banyak keseruan selama lima hari itu, bonding saya dan suami saya rasakan semakin baik, liburan ini ibarat oase di tengah gersangnya promil kami hahaha.. Baiklah karena ini sudah ngelantur dari judul, kita skip aja ya, lain kali saya bakal buat postingan mengenai liburan saya itu (ngotot).
Dasarnya memang pengen sekali menimang anak sendiri, after effect dari liburan saya gak berlangsung lama, saya kembali moody dan rasa ingin memiliki tersebut kembali mencuat ke permukaan setelah selama empat bulan saya pendam, ditambah lagi liat ibu-ibu buncit atau teman-teman yang sudah pada hamil, suami sudah mengingatkan untuk tidak kepo dengan sosial media, tetapi bukan kepo terkadang terlihat begitu saja di timeline saya ibu-ibu buncit yang sumringah. Apalagi LH test bulan Maret juga tidak ada perubahan, tetap tidak terdeteksi adanya ovulasi.
Saya gak bisa berdiam diri begini saja, tiba-tiba saya teringat dengan salah satu kunci keberhasilan yakni bersungguh-sungguh dalam mencapai target. Wait, bukankah selama ini saya sudah bersungguh-sungguh? Bolak-balik ke dokter, promil herbal ini itu. Lalu apa lagi yang salah?
Tiba-tiba saya teringat dengan pelajaran Tauhid yang pernah saya baca, dalam pelajaran Tauhid sebab itu ada dua, yaitu sebab kauniy dan sebab syar'i. Berikut penjelasannya dari Muslimafiyah.
Sebab syar'i sudah, sekarang saya harus mencari sebab kauniy-nya, karena semua pasti punya hukum sebab-akibat, api padam dengan air, air ditambahkan gula akan terasa manis, jadi saya belum hamil hingga sekarang pasti ada penyebabnya, dimana letak keselahannya tidak bisa saya duga-duga sendiri, Islam juga mengajarkan untuk mendatangi ahlinya terhadap setiap masalah. Ahli dari kasus saya ini sudah pasti dokter obgyn kan, tetapi tunggu dulu, saya pernah mendengar mengenai Spog K Fer, yakni sub spesialisasi Spog yang khusus menangani masalah fertilitas, tetapi setelah mencari dalam waktu yang singkat saya tidak menemukan dokter spog wanita yang memiliki gelar tersebut, yang ada dokter pria dan itupun pasiennya membeludak, jadi saya skip saja.
Hasil dari bertanya kesana-kesini saya dapat rekomendasi untuk berkonsultasi dengan dr. Rachma Bachtiar, Spog, gelarnya sama dengan dokter Mestika belum ada sub spesialisasinya. Baiklah saya coba saja, mana tau memang ini jalannya. Saya gak mau membuang-buang waktu lagi, hari senin, 30 April 2018 saya memutuskan untuk pergi ke praktek dokter tersebut yang terletak di Jalan Bilal Medan. Saya meminta suami untuk pergi saat hari kerja, walaupun prakteknya malam, tetapi sebenarnya saya kasihan juga dengan suami yang masih letih sepulang kerja hihihi.. Terima kasih suamiku.
Pukul lima kami sudah tiba disana, prakteknya baru buka jam enam sore, tetapi diharuskan untuk mendaftar terlebih dahulu, setelah mendaftar ternyata saya mendapat nomor antrian belasan dan disarankan untuk kembali lagi pukul sembilan malam, wow! Banyak sekali ternyata pasiennya padahal dokter belum ada di tempat, kami memutuskan untuk menunggu di rumah kerabat yang terletak tidak begitu jauh dari situ.
Tepat jam sembilan malam kami sudah balik ke tempat praktek, dan ternyata masih ada beberapa nomor antrian lagi sebelum giliran kami, ruang praktek cukup penuh, mengingat dokter Rachma termasuk dokter spog favourite buibu juga di kota Medan ini, terkenal dengan wajahnya yang cantik dan sifatnya yang ramah juga sabar.
Setengah jam lebih kami menunggu akhirnya tibalah giliran saya, saya masuk bersama suami dengan tumpukan dokumen di tangan saya, dokumen segala macam pemeriksaan dan obat-obatan yang sudah saya konsumsi selama ini, saya memang menyimpan semuanya sebagai arsip, selain untuk kenang-kenangan, juga agar lebih mudah jika saya diharuskan berganti dokter, dan ya sikap saya sudah tepat. Saya bisa langsung menunjukkan riwayat saya selama ini kepada dr. Rachma.
Saya diperintahkan untuk berbaring agar dokter Rachma dapat memeriksa saya melalui USG trans-v, tidak butuh waktu cukup lama, dokter Rachma langsung mengatakan jika saya terkena PCOS, terlihat jelas pada monitor jika folikel di dalam indung telur saya sangat banyak dan kecil-kecil, seperti mata rantai.
Tidak terlalu terkejut, karena saya sudah menduganya selama ini, dokter Rachma langsung menyatakan jika beliau kurang paham dengan permasalahan seperti ini, dokter merujuk saya ke dokter yang memang spesialis menangani permasalahan infertilitas, yakni ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG yang praktek di RSIA Stella Maris. Dokter Rachma juga memberikan saya pilihan jika tidak mau kesana, saya disarankan menebus resep untuk membantu memperbaiki siklus haid saya, tetapi saya lihat raut kurang yakin di wajah beliau, sehingga saya urung untuk menebus resep tersebut. Jadi kami hanya keluar uang hampir tiga ratus ribu rupiah untuk biaya konsultasi, USG dan administrasi.
Kami pulang dengan tangan hampa, selain foto hasil USG tadi yang jelas terlihat folikel saya yang sangat banyak di indung telur. Malam itu saya dan suami masih saja berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya, antara mencoba resep dari dokter Rachma atau mendatangi dokter yang disarankan. Akhirnya muncullah kesepakatan untuk pergi menemui dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG agar kami mendapatkan jawaban yang memuaskan atas permasalahan saya ini.
Keesokan harinya saya langsung menelpon RSIA Stella Maris untuk menanyakan jadwal praktek dokter Hilma, dan didapati dokter Hilma praktek dari hari Senin-Jumat mulai pukul tujuh malam. Saya ingin langsung mendaftar tetapi berhubung hari tersebut hari libur nasional, dokter pun tidak praktek. Keesokan harinya lagi saya menghubungi kembali RSIA Stella Maris dan ternyata dokter Hilma sedang cuti. Saya sudah sangat tidak sabar, tetapi sepertinya saya masih harus menunggu...
Dasarnya memang pengen sekali menimang anak sendiri, after effect dari liburan saya gak berlangsung lama, saya kembali moody dan rasa ingin memiliki tersebut kembali mencuat ke permukaan setelah selama empat bulan saya pendam, ditambah lagi liat ibu-ibu buncit atau teman-teman yang sudah pada hamil, suami sudah mengingatkan untuk tidak kepo dengan sosial media, tetapi bukan kepo terkadang terlihat begitu saja di timeline saya ibu-ibu buncit yang sumringah. Apalagi LH test bulan Maret juga tidak ada perubahan, tetap tidak terdeteksi adanya ovulasi.
Tetap nihil
Tiba-tiba saya teringat dengan pelajaran Tauhid yang pernah saya baca, dalam pelajaran Tauhid sebab itu ada dua, yaitu sebab kauniy dan sebab syar'i. Berikut penjelasannya dari Muslimafiyah.
Kalau sebab kauniy, ini adalah hukum sebab-akibat alam atau memang ada penelitian bahwa itu adalah sebabnya, misalnya:Baiklah saya cari tau tentang masalah saya ini kalau sebab syar'i untuk memiliki anak sudah pasti harus rajin beribadah dan berdoa meminta kepada Allah, mengerjakan yang diperintahkan, menjauhi semua yang dilarang. Apakah ada yang lebih spesifik? Saya menonton beberapa video ceramah yang bertema tentang memiliki keturunan, saya lupa saat itu saya sedang menonton ustadz siapa, yang pasti yang saya ingat ustadz tersebut ada menyebutkan tentang hadits dalam rangka ikhtiar untuk diberikan keturunan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk banyak beristighfar dan bersedekah. Ya memang salah satu penghalang terkabulnya doa adalah dosa, dan dosa bisa dihapus dengan istighfar, bersedekah juga melancarkan rezeki, dan bukankah anak juga termasuk rezeki?
1. Api kalau kena air ya padam, kertas kena api terbakar dengan mudah.
2. Motor jalan dengan bahan bakar bensin bukan air (penelitian).
Kalau sebab syar’i yaitu sebab yang ditentukan oleh syariat menjadi penyebab sesuatu, MESKIPUN bukan penyebab secara kauniy, misalnya:
1. Jika ingin dipanjangkan umur (berkah) dan dimudahkan rezeki maka silaturahmi.
2. Minum air zam-zam saja bisa kenyang sebagaimana kisah ulama yang kenyang dengan minum zam-zam saja selama sebulan, atau kisah kesembuhan dengan air zam-zam karena ada haditsnya bahwa zam-zam itu berkhasiat sesuai niat peminumnya. Padahal secara sebab kauniy, tidak mungkin orang kenyang hanya minum air saja selama sebulan.
Sebab syar'i sudah, sekarang saya harus mencari sebab kauniy-nya, karena semua pasti punya hukum sebab-akibat, api padam dengan air, air ditambahkan gula akan terasa manis, jadi saya belum hamil hingga sekarang pasti ada penyebabnya, dimana letak keselahannya tidak bisa saya duga-duga sendiri, Islam juga mengajarkan untuk mendatangi ahlinya terhadap setiap masalah. Ahli dari kasus saya ini sudah pasti dokter obgyn kan, tetapi tunggu dulu, saya pernah mendengar mengenai Spog K Fer, yakni sub spesialisasi Spog yang khusus menangani masalah fertilitas, tetapi setelah mencari dalam waktu yang singkat saya tidak menemukan dokter spog wanita yang memiliki gelar tersebut, yang ada dokter pria dan itupun pasiennya membeludak, jadi saya skip saja.
Hasil dari bertanya kesana-kesini saya dapat rekomendasi untuk berkonsultasi dengan dr. Rachma Bachtiar, Spog, gelarnya sama dengan dokter Mestika belum ada sub spesialisasinya. Baiklah saya coba saja, mana tau memang ini jalannya. Saya gak mau membuang-buang waktu lagi, hari senin, 30 April 2018 saya memutuskan untuk pergi ke praktek dokter tersebut yang terletak di Jalan Bilal Medan. Saya meminta suami untuk pergi saat hari kerja, walaupun prakteknya malam, tetapi sebenarnya saya kasihan juga dengan suami yang masih letih sepulang kerja hihihi.. Terima kasih suamiku.
Pukul lima kami sudah tiba disana, prakteknya baru buka jam enam sore, tetapi diharuskan untuk mendaftar terlebih dahulu, setelah mendaftar ternyata saya mendapat nomor antrian belasan dan disarankan untuk kembali lagi pukul sembilan malam, wow! Banyak sekali ternyata pasiennya padahal dokter belum ada di tempat, kami memutuskan untuk menunggu di rumah kerabat yang terletak tidak begitu jauh dari situ.
Tepat jam sembilan malam kami sudah balik ke tempat praktek, dan ternyata masih ada beberapa nomor antrian lagi sebelum giliran kami, ruang praktek cukup penuh, mengingat dokter Rachma termasuk dokter spog favourite buibu juga di kota Medan ini, terkenal dengan wajahnya yang cantik dan sifatnya yang ramah juga sabar.
Setengah jam lebih kami menunggu akhirnya tibalah giliran saya, saya masuk bersama suami dengan tumpukan dokumen di tangan saya, dokumen segala macam pemeriksaan dan obat-obatan yang sudah saya konsumsi selama ini, saya memang menyimpan semuanya sebagai arsip, selain untuk kenang-kenangan, juga agar lebih mudah jika saya diharuskan berganti dokter, dan ya sikap saya sudah tepat. Saya bisa langsung menunjukkan riwayat saya selama ini kepada dr. Rachma.
Saya diperintahkan untuk berbaring agar dokter Rachma dapat memeriksa saya melalui USG trans-v, tidak butuh waktu cukup lama, dokter Rachma langsung mengatakan jika saya terkena PCOS, terlihat jelas pada monitor jika folikel di dalam indung telur saya sangat banyak dan kecil-kecil, seperti mata rantai.
Tidak terlalu terkejut, karena saya sudah menduganya selama ini, dokter Rachma langsung menyatakan jika beliau kurang paham dengan permasalahan seperti ini, dokter merujuk saya ke dokter yang memang spesialis menangani permasalahan infertilitas, yakni ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG yang praktek di RSIA Stella Maris. Dokter Rachma juga memberikan saya pilihan jika tidak mau kesana, saya disarankan menebus resep untuk membantu memperbaiki siklus haid saya, tetapi saya lihat raut kurang yakin di wajah beliau, sehingga saya urung untuk menebus resep tersebut. Jadi kami hanya keluar uang hampir tiga ratus ribu rupiah untuk biaya konsultasi, USG dan administrasi.
Terlihat folikel yang sangat banyak di indung telur
Kami pulang dengan tangan hampa, selain foto hasil USG tadi yang jelas terlihat folikel saya yang sangat banyak di indung telur. Malam itu saya dan suami masih saja berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya, antara mencoba resep dari dokter Rachma atau mendatangi dokter yang disarankan. Akhirnya muncullah kesepakatan untuk pergi menemui dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG agar kami mendapatkan jawaban yang memuaskan atas permasalahan saya ini.
Keesokan harinya saya langsung menelpon RSIA Stella Maris untuk menanyakan jadwal praktek dokter Hilma, dan didapati dokter Hilma praktek dari hari Senin-Jumat mulai pukul tujuh malam. Saya ingin langsung mendaftar tetapi berhubung hari tersebut hari libur nasional, dokter pun tidak praktek. Keesokan harinya lagi saya menghubungi kembali RSIA Stella Maris dan ternyata dokter Hilma sedang cuti. Saya sudah sangat tidak sabar, tetapi sepertinya saya masih harus menunggu...
Komentar
Posting Komentar