Hari kedua belas setelah hari pertama haid jatuh pada hari Senin tanggal 21 Mei 2018. Janjian dengan dokter sih malam jam delapan, dan hari ini kontrolnya di tempat praktek biasa, bukan di Halim Fertility Center. Seharian gelisah, menunggu malam hari rasanya lamaaaaaa sekali. Pikiran mulai yang aneh-aneh, takut gimana kalau sel telurnya gak ada yang berkembang lagi, tetap di ukuran seperti dua hari lalu, berarti promil bulan ini gagal total, dan sebagainya..
Sekitar jam tujuh malam habis menyantap makanan berbuka puasa, ada telpon dari RSIA Stella Maris, perawat dokter Hilma menginfokan kalau dokter sudah ada di tempat, duh saya langsung siap-siap ganti pakaian, Paksu yang baru pulang dari masjid buru-buru makan, walaupun sebelumnya janji kontrol jam delapan malam, tapi kalau dokter sudah ada di tempat rasanya gak enak aja buat dokter menunggu lama, apalagi selama ini yang saya liat pasien dokter Hilma kalau malam gini sepi, kadang cuma saya aja, segan sekali rasanya.
Tidak perlu waktu lama Paksu langsung memacu motor menembus kegelapan malam kota Medan. Ceilaaah.. Berusaha sampai disana secepatnya tanpa mengabaikan keamanan berkendara. Qadarullah, sudah hampir dekat ke RSIA, ya gak dekat-dekat banget sih, ban motor belakang kempes. Ya Allah.. Di saat-saat genting begini. Kuncinya tetap sabar. Saya langsung turun dan jalan di trotoar, sementara Paksu menggiring motor. Kami celingukan mencari tempat tempel ban yang terbilang sangat jarang berada di tengah kota seperti ini. Sabar.. Sabar.. Sambil dalam hati berdoa, ya Allah mudahkanlah.. Mengikuti insting, kami berbelok ke arah kiri menuju jalan yang lebih kecil, berharap disana ada tukang tempel ban yang lagi nunggu, gak berapa lama seorang bapak yang berdiri di pinggir jalan memberi tahu jika sekitar lima belas meter lagi ada tukang tempel ban, dan benar saja. Alhamdulillah..
Memakan waktu cukup lama juga, sekitar dua puluh menit baru ban selesai ditambal, sebelumnya saya sudah menginfokan ke perawat dokter kalau saya terkena kendala ini, jadi biar mereka tidak bertanya-tanya kenapa saya belum juga sampai. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan yang sudah tidak begitu jauh, dari parkiran kami berjalan cepat sampai ke dalam, dan disambut dengan perawat, langsung saja kami masuk ke ruang praktek dokter. Dokter Hilma menyalami saya dan mempersilahkan saya segera duduk, karena melihat saya masih terengah-engah. Capek ya? Iya dok, lumayan juga olahraga malem-malem hahaha..
Saya disarankan mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu lalu naik ke singgasana seperti biasa. Lampu dimatikan, sehingga dokter lebih fokus ke monitor, sementara saya ikut memantau dengan monitor yang ada di hadapan saya, Paksu juga diperbolehkan melihat. Awalnya dokter Hilma melihat perkembangan sel telur yang berada di indung telur sebelah kanan, karena sebelumnya ada sel telur yang paling besar berukuran 10,5mm, setelah agak lama memantau, sayangnya ukuran sel telur saya tidak berubah, tetap sama seperti dua hari yang lalu. Tuh kan :( Sel telur yang lainnya pun tetap, padahal di indung telur sebelah kanan ini sel telur saya banyak yang merespon. Saya sudah sedih, pasrah, ya Allah mungkin ini belum rezeki saya.
Dokter mengarahkan alat USG ke indung telur sebelah kiri saya, tidak beberapa lama dokter mengatakan, "Wah ini sudah ada yang membesar satu!" hah? Mana dok? Berapa ukurannya? Seketika harapan yang hampir pupus, kembali muncul. "Sabar dong. Ini lagi mau diukur!" Kan saya kaget dok hahaha.. Ternyata di indung sebelah kiri ada sel telur yang sudah berukuran 12mm, dua hari lalu masih 10mm. Alhamdulillah.. Walaupun sehari cuma nambah 1mm. Kata dokter Hilma memang mesti sabar untuk melihat perkembangan sel telur dari penderita PCOS, dan ini sudah kemajuan yang baik katanya. Selanjutnya akan terus dipantau sel telur yang satu ini, diharapkan kedepannya bisa membesar lagi. Rahim saya juga sudah mulai menebal.
Sekitar jam tujuh malam habis menyantap makanan berbuka puasa, ada telpon dari RSIA Stella Maris, perawat dokter Hilma menginfokan kalau dokter sudah ada di tempat, duh saya langsung siap-siap ganti pakaian, Paksu yang baru pulang dari masjid buru-buru makan, walaupun sebelumnya janji kontrol jam delapan malam, tapi kalau dokter sudah ada di tempat rasanya gak enak aja buat dokter menunggu lama, apalagi selama ini yang saya liat pasien dokter Hilma kalau malam gini sepi, kadang cuma saya aja, segan sekali rasanya.
Tidak perlu waktu lama Paksu langsung memacu motor menembus kegelapan malam kota Medan. Ceilaaah.. Berusaha sampai disana secepatnya tanpa mengabaikan keamanan berkendara. Qadarullah, sudah hampir dekat ke RSIA, ya gak dekat-dekat banget sih, ban motor belakang kempes. Ya Allah.. Di saat-saat genting begini. Kuncinya tetap sabar. Saya langsung turun dan jalan di trotoar, sementara Paksu menggiring motor. Kami celingukan mencari tempat tempel ban yang terbilang sangat jarang berada di tengah kota seperti ini. Sabar.. Sabar.. Sambil dalam hati berdoa, ya Allah mudahkanlah.. Mengikuti insting, kami berbelok ke arah kiri menuju jalan yang lebih kecil, berharap disana ada tukang tempel ban yang lagi nunggu, gak berapa lama seorang bapak yang berdiri di pinggir jalan memberi tahu jika sekitar lima belas meter lagi ada tukang tempel ban, dan benar saja. Alhamdulillah..
Memakan waktu cukup lama juga, sekitar dua puluh menit baru ban selesai ditambal, sebelumnya saya sudah menginfokan ke perawat dokter kalau saya terkena kendala ini, jadi biar mereka tidak bertanya-tanya kenapa saya belum juga sampai. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan yang sudah tidak begitu jauh, dari parkiran kami berjalan cepat sampai ke dalam, dan disambut dengan perawat, langsung saja kami masuk ke ruang praktek dokter. Dokter Hilma menyalami saya dan mempersilahkan saya segera duduk, karena melihat saya masih terengah-engah. Capek ya? Iya dok, lumayan juga olahraga malem-malem hahaha..
Saya disarankan mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu lalu naik ke singgasana seperti biasa. Lampu dimatikan, sehingga dokter lebih fokus ke monitor, sementara saya ikut memantau dengan monitor yang ada di hadapan saya, Paksu juga diperbolehkan melihat. Awalnya dokter Hilma melihat perkembangan sel telur yang berada di indung telur sebelah kanan, karena sebelumnya ada sel telur yang paling besar berukuran 10,5mm, setelah agak lama memantau, sayangnya ukuran sel telur saya tidak berubah, tetap sama seperti dua hari yang lalu. Tuh kan :( Sel telur yang lainnya pun tetap, padahal di indung telur sebelah kanan ini sel telur saya banyak yang merespon. Saya sudah sedih, pasrah, ya Allah mungkin ini belum rezeki saya.
Dokter mengarahkan alat USG ke indung telur sebelah kiri saya, tidak beberapa lama dokter mengatakan, "Wah ini sudah ada yang membesar satu!" hah? Mana dok? Berapa ukurannya? Seketika harapan yang hampir pupus, kembali muncul. "Sabar dong. Ini lagi mau diukur!" Kan saya kaget dok hahaha.. Ternyata di indung sebelah kiri ada sel telur yang sudah berukuran 12mm, dua hari lalu masih 10mm. Alhamdulillah.. Walaupun sehari cuma nambah 1mm. Kata dokter Hilma memang mesti sabar untuk melihat perkembangan sel telur dari penderita PCOS, dan ini sudah kemajuan yang baik katanya. Selanjutnya akan terus dipantau sel telur yang satu ini, diharapkan kedepannya bisa membesar lagi. Rahim saya juga sudah mulai menebal.
Alhamdulillah 12mm
Ketebalan rahim 67mm
Akhirnya dokter menjadwalkan pertemuan berikutnya dua hari lagi, pada H+14. Semoga perkembangannya lebih baik lagi. Dokter juga menawarkan saya untuk suntik pematangan sel telur, yakni Ovidrell jika memang sel telurnya terus berkembang mencapai batas minimal 18mm, dan lebih baik lagi jika 20mm. Suntik pematangan sel telur ini untuk memperbesar peluang kehamilan, karena katanya bisa saja folikelnya pecah tetapi sel telur belum matang, kan sayang, dan jika disuntik akan lebih mudah memberikan jadwal berhubungan, karena setelah penyuntikan biasanya sel telur akan siap dibuahi dalam waktu 24-36 jam.
Dokter tidak memaksa, tetapi menyarankan saya untuk mempertimbangkan. Baik dok, akan saya pertimbangkan, karena untuk saya dibutuhkan suntikan sebanyak dua ampul, yang harga satu ampulnya Rp 650.000,- jadi dua ampul Rp 1.300.000,-. Hhmmm.. Lumayan juga ya. Padahal siklus ini mikirnya cuma pakai obat aja dulu, tetapi kita lihat saja nanti deh.
Pengeluaran hari ini untuk konsultasi dan USG
Komentar
Posting Komentar