Langsung ke konten utama

Kontrol H+10 (Cek Perkembangan Sel Telur)

Sesuai arahan dari dokter Hilma, saya dianjurkan untuk datang kembali padi hari ke-10 terhitung dari hari pertama haid. Hari ke-10 jatuh pada tanggal 19 Mei 2018. Pas hari Sabtu dimana Paksu libur kerja. Belum lagi ternyata setiap Sabtu dokter Hilma prakteknya sore, wah pas sekali jadi gak mengganggu waktu taraweh.

Sehari sebelumnya saya sudah whatsapp dokter Hilma untuk mengingatkan tentang jadwal pertemuan kami esok, tidak terlalu lama dokter langsung membalas pesan saya dan mengatakan pertemuan hari ini berlokasi di lantai 5 RSIA Stella Maris. Siap dok. Saya sudah semangat, gak sabar mau lihat calon anak-anak saya (yang masih berupa sel telur) hahaha..

Hari sabtu jam dua siang saya udah sibuk nguber-nguber Paksu untuk buruan berangkat, dan Paksu manut aja karena tau saya gak sabaran hahaha.. Alhasil sebelum jam 3 seperti waktu yang dijanjikan kami sudah sampai di RSIA. Saya bertanya ke bagian informasi, kirain harus daftar seperti biasa, ternyata dipersilahkan langsung menuju lantai 5. Baiklah, kami jalan kembali ke arah pintu masuk utama, lalu naik lift yang terletak tidak jauh dari situ. Sampai di lantai 5 yang ternyata teramat sepi, berbeda dengan lantai bawah, kami bingung harus pergi ke arah mana, akhirnya kami dengan seorang perawat lalu diantarkan sampai masuk ke dalam satu ruangan yang berpintu kaca.

Oohhh ternyata ini yang namanya Halim Fertility Center itu. Pernah dengar namanya dari pengalaman buibu yang promil dengan dokter Binarwan Halim. Tempatnya tidak begitu besar, tetapi nyaman. Begitu masuk ternyata dokter Hilma sedang berdiri di balik meja resepsionis, langsung menyapa saya hangat, saya agak kaget kirain dokter belum datang hahaha.. Kami diminta untuk menunggu terlebih dahulu karena sudah ada pasien yang mengantri sebelum kami.

Halim Fertility Center

Kami duduk di sofa yang cukup empuk sambil sesekali menoleh ke arah televisi yang ada disana, ruangannya nyaman dan dingin, yang penting saya gak keringetan hahaha.. Sembari menunggu saya mengobrol dengan Paksu, mengungkapkan rasa kekhawatiran saya, bagaimana jika begini.. Bagaimana jika begitu.. Ya saya sering begitu, untungnya Paksu sudah maklum dan tau cara menenangkan saya.

Hampir satu jam juga kami menunggu barulah suster mempersilahkan kami masuk ke ruangan. Dokter Hilma menyambut saya dengan salaman dan bertanya bagaimana keadaan saya. Ya cukup baik dok. Lalu saya diminta untuk mengosongkan kandung kemih sebelum USG. Setelah itu saya berbaring di kursi terdakwa, eh kursi pasien legendaris yang entah sudah berapa kali saya duduk disini, semoga bulan depan duduk disini untuk liat calon dedek bayi ya bukan cek sel telur lagi. Allahumma aamiin..

Dokter Hilma mempergunakan waktu dengan sebaiknya, tenang dan teliti, perawat yang di sampingnya sibuk mencatat hasil pemeriksaannya. Dokter katakan jika hasil pemeriksaannya cukup bagus, sel telur saya merespon obat-obatan yang diberikan, sel telur yang paling besar berdiameter 10,5mm, ada satu di indung kanan dan satu di indung kiri yang besarnya segitu. Alhamdulillah.. Ya walaupun perjalanan masih panjang untuk mencapai batas minimal 18mm untuk matang. Tetapi mengingat saya PCOS, ukuran segini sudah normal, katanya. Saya sedikit lega, walaupun semakin banyak pikiran negatif bergelut di kepala saya, alhasil konsultasi kali ini saya agak pasif, padahal biasanya bawel hehehe..

Sel telur yang mulai merespon walau masih kecil

Dokter kembali menjadwalkan pertemuan selanjutnya pada H+12 yang jatuh pada hari Senin. Baik dokter, sampai jumpa dua hari lagi. Tidak ada resep yang diberikan lagi. Jadi total hari ini cuma kena dua ratus lima puluh ribu untuk konsultasi dan USG, lebih murah lagi daripada pertemuan sebelumnya.

Akhir-akhir ini kami baru curiga kasirnya lupa masukin honor dokter hihihi

Sesampainya di rumah saya mulai berpikiran negatif, bagaimana jika ini nanti tidak berhasil. Paksu juga jadi sedih melihat saya yang mulai down lagi. Saya langsung browsing cara alami untuk memperbesar sel telur, salah satunya yang pernah saya jalani saat promil dengan herbal tahun lalu, yakni konsumsi rebusan kayu manis dan madu. Malamnya saya langsung mencampur dua sendok teh bubuk kayu manis yang diseduh dengan air panas, setelah dingin saya menambahkan dua sendok makan madu penyubur punya Paksu, karena hanya itu yang tersedia di rumah hehehe.. Pagi ini saya juga membuat ramuan itu, sorenya saya minum jus 3 diva yang jadi ramuan favorit buibu di forum kehamilan. Ya hanya ini yang bisa saya lakukan saat ini sambil menunggu, saya tidak hanya bisa diam tanpa berusaha. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan setiap prosesnya hingga doa-doa kami dikabulkan. Semoga besok sel telurnya berkembang dengan baik ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...