Langsung ke konten utama

Hari Terakhir Program Kehamilan Jilid II - Inseminasi

Hari Sabtu bertepatan tanggal 26 Mei 2018 merupakan hari yang sakral, istimewa sekaligus mendebarkan dalam kehidupan rumah tangga kami yang sudah berjalan dua tahun satu bulan ini. Kenapa tidak, hari ini merupakan pengalaman kami mengikuti program kehamilan sampai tahap yang cukup jauh bagi kami berdua, yakni inseminasi. Sesuai instruksi dari dokter Hilma, tindakan inseminasi akan dilakukan pukul sepuluh pagi, sekitar jam setengah delapan kami diharuskan sudah sampai di Halim Fertility Center yang terletak di RSIA Stella Maris Medan, karena pengambilan sperma akan dilakukan pukul delapan pagi.

Malamnya saya tidur tidak terlalu nyenyak karena memikirkan langkah besar yang akan kami jalani keesokan harinya, untungnya Paksu tak henti-hentinya menghibur dan memompa semangat saya. Kuncinya serahkan semuanya kepada Allah ta'ala, sampai detik ini Allah yang telah memudahkan dan mengatur semuanya dan seterusnya akan begitu. Baiklah.

Sekitar jam setengah tujuh pagi kami sudah berangkat dari rumah, tidak lupa saya meminta doa dari mama sebelum berangkat, saya ambil tas saya yang sudah berisi perlengkapan lalu bergegas keluar rumah, kami mampir terlebih dahulu ke rumah mertua untuk mengambil mobil, atas dasar pertimbangan kenyamanan setelah prosedur, Paksu berinisiatif untuk bawa mobil sendiri, baiklah saya setuju sekali.

Setelah meminta doa dari ibu mertua, kami pun berangkat ke RSIA Stella Maris. Jalanan kota Medan cukup lenggang pagi ini, cuaca pun mendung, rintik hujan mulai membasahi jalanan. Semoga hujan ini menjadi berkah. Semoga Allah ta'ala juga memberkahi ikhtiar kami hari ini. Aamiin..

Sudah kayak mau piknik hihihi

Pukul setengah delapan kami sudah sampai di lokasi, kami bergegas menuju lantai 5, seluruh prosedur Inseminasi maupun Bayi Tabung dilakukan di Halim Fertility Center. Kami pasangan pertama yang tiba di lokasi, saya langsung mengutarakan niat saya lalu mengisi formulir pendaftaran inseminasi. Setelahnya kami diminta untuk menunggu hingga pukul delapan.

Selama menunggu pasangan demi pasangan mulai datang, cukup ramai juga hari ini. Rata-rata dari mereka sedang menjalani prosedur bayi tabung, persamaan di antara kami adalah semua sibuk kejar target minum banyak biar kandung kemih penuh hihihi.. Untuk prosedur inseminasi diharuskan kandung kemih sedang penuh, untuk prosedur Bayi Tabung saya kurang paham, mungkin pada saat Ovum Pickup atau Embrio Transfer?

Jam delapan lewat sedikit suami dipanggil masuk ke dalam suatu ruangan untuk pengambilan sperma, saya diperkenankan untuk menemani, kami diberikan instruksi untuk pengambilan sperma, lalu diberikan botol kaca kecil yang diletakkan di dalam suatu alat yang saya tidak tau apa namanya, tetapi setelah pengambilan botol kaca itu wajib diletakkan kembali ke tempat tersebut.

Perawat tersebut meninggalkan kami berdua lalu meminta saya untuk mengunci pintu dari dalam. Iya dong mbak, masa tidak dikunci. Berbeda dengan ruangan yang ada di Laboratorium Prodia saat Analisis Sperma lalu, di ruangan ini tidak ada tempat tidur, hanya ada sofa yang lumayan besar, AC, televisi, DVD Player, lengkap dengan kamar mandi. Kami tidak tau dan tidak mau tau apa yang ada di dalam DVD Player itu, yang pasti kami tidak membutuhkannya.

Setelah selesai kami pun keluar ruangan dan melapor ke perawat, kami diminta untuk menunggu hingga pukul sembilan, kami boleh menunggu di ruang tunggu atau boleh keluar sebentar. Kami memilih untuk tetap menunggu di ruang tunggu, sembari saya terus minum agar kandung kemih penuh hihihi..

Waktu terasa lebih lama bagi mereka yang sedang menunggu. Satu jam terasa bagai enam puluh menit bagi saya. Ya memaaaang.. Tepat pukul sepuluh, perawat memanggil saya ke ruang tindakan, dengan mantap saya masuk ke ruangan. Di dalam ruangan ini terdiri dari beberapa ruangan lain. Saya diminta untuk bersiap di satu ruangan dimana ada satu televisi disitu untuk menunggu giliran saya. Sesekali dokter Hilma menghampiri saya sambil bilang, "Sabar yaaa" hihihi.. Udara terasa lebih dingin di ruangan ini, saya tidak mengenakan sepatu dan kaus kaki lagi dan saya sudah melepas celana panjang yang saya kenakan di dalam gamis atas instruksi perawat, hanya selembar kain hijau yang ada di pangkuan saya. Walaupun saya masih mengenakan gamis tetapi udara dingin sangat terasa menusuk. Entah AC disini lebih dingin atau karena saya yang gugup hehehe..

Tidak beberapa lama seorang perawat membimbing saya untuk masuk ke ruang tindakan, ada sebuah kursi yang tidak asing disana, seperti kursi untuk prosedur USG trans-v, di sebelahnya ada monitor yang juga mirip untuk prosedur tersebut. Saya diminta untuk naik ke kursi, dengan kaki dibuka dan diletakkan di atas penyangga, sama juga seperti saat USG. Posisi kursi saya rasakan sedikit dirubah saat saya sudah naik, jadi seperti panggul saya sedikit dinaikkan. 

Dokter Hilma meminta saya untuk santai, lalu memastikan jika memang saya sedang menahan pipis. Iya dok udah pasrah kok ini hahaha.. Suster menunjukkan saya satu tabung kaca kecil yang di wadahnya tertulis nama, meminta saya untuk mengkonfirmasi jika itu tabung sperma milik suami saya. Iya bener sus, jangan sampai ketukar ya hahaha.. Begitu juga dokter Hilma mengkonfirmasi ulang kepemilikan sperma tersebut hahaha.. Dokter mengatakan jika hasil sperma yang sudah di-washing bagus, ada dua puluh lima juta yang bergerak progresif. Alhamdulillah..

Saya sudah tahu sebelumnya proses prosedur IUI ini, selain mencari tahu sendiri, dokter Hilma pernah memperlihatkan videonya kepada kami, jadi setiap proses yang saya lewati tidak membuat saya terkejut lagi, saya sudah paham betul apa saja yang akan saya lalui. Dokter Hilma memulai prosedurnya dan mengingatkan saya untuk berdoa. Saya hanya bisa menjawab dengan kepasrahan hahaha..

Tindakan pun dimulai, saya merasakan alat stainless yang dingin dimasukkan ke vagina, saya berbicara dalam hati, oh ini cocor bebek yang fungsinya mendongkrak itu, tidak jauh berbeda seperti saat proses HSG. Rasanya tidak sakit, hanya sedikit tidak nyaman. Lalu saya mulai merasakan selang plastik masuk ke dalam rahim saya, oh ternyata kateternya sudah dipasang. Sedikit nyeri, tapi masih terlalu ringan untuk dikatakan sakit. Dokter Hilma menjalankan tugasnya dengan santai dan profesional, sehingga tidak membutuhkan waktu lama tindakan tersebut selesai. Sakit? Tidak, hanya nyeri ringan, yang sakit ketika perut saya ditekan-tekan oleh perawatnya yang saya tidak tau apa fungsinya, mungkin untuk memudahkan prosedur.

Selesainya saya diminta untuk beristirahat sejenak, sementara itu dokter Hilma menyalami saya dan kami berdoa bersama semoga usaha kami ini membuahkan hasil. Lalu dokter menyarankan saya untuk mengurangi aktifitas, tetapi tidak perlu sampai bed rest, dan meminta saya untuk kembali lagi 14 hari dari sekarang, apapun hasilnya. Siap dok. Kabar gembiranya saya masih bisa berpuasa dua minggu kedepan, setelah sebelumnya dokter menyangsikan saya untuk tetap berpuasa karena obat yang diminum harus 3x sehari, tetapi dokter sudah menyesuaikan dosisnya sehingga bisa dikonsumsi 2x sehari saja. Yeay! Terima kasih dok.

Setelah selesai tanya jawab dan menginformasikan apa-apa yang perlu saya ketahui, dokter pun berpamitan, dan tinggal lah saya seorang diri di ruangan sunyi dan remang ini hiii... Saya mencoba menenangkan pikiran saya, kalau semuanya akan baik-baik saja, jika saat ini tubuh saya sedang berusaha untuk mewujudkan cita-cita saya. Saya kira suster tadi keluar untuk memanggil Paksu, ternyata saya dibiarkan seorang diri sampai akhirnya saya diperbolehkan turun dari kursi. Mungkin hanya sekitar lima belas menit saya menunggu.

Saya pun keluar dari ruangan dan mendapati Paksu yang ketiduran hahaha.. Saya sentuh bahunya pelan, Paksu langsung tersentak. Loh? Sudah selesai? Semuanya? Sudah dong, saya hadapi sendirian, saya kan kuat hehehe.. Setelahnya Paksu lah yang dituntut untuk kuat menghadapi tagihan hahaha.. Kami menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran. Seorang suster menginfokan kepada saya mengenai obat-obatan yang akan saya konsumsi, mulai dari dosis dan cara penggunaannya. Lalu memberitahu tentang dos and don'ts setelah inseminasi ini, termasuk di antaranya dilarang makan makanan yang mengandung pengawet dan penyedap. Yaaahh jadi gak sedap dong sus hehehe..

Obat-obatan setelah inseminasi. Jangan konsumsi tanpa resep dokter ya!

Biaya tindakan Inseminasi

Saat semuanya sudah selesai. Bayar sudah, obat sudah diambil. Kami pun langsung turun ke bawah, yaiyalah turun ke bawah masa ke atas. Saya berjalan lebih lambat dari biasanya, karena perut saya agak nyeri. Dokter Hilma pun mengingatkan bisa terjadi pendarahan ringan setelah prosedur, dan itu normal. Baiklah dok. Kami bergegas masuk ke mobil.

Hari sudah siang saat perjalanan pulang, saya sudah lapar begitu juga dengan Paksu. Mau melipir ke rumah makan, gak etis sekali kan, makan di hari siang bolong bulan puasa gini, secara kami muslim hihihi.. Jadilah kami hanya mampir ke salah satu toko roti agar bisa dimakan di mobil, saya langsung kalap beli Avocado Chocolate Pie sama roti abon roll kesukaan saya. Secara selama ini diet kan bok, ditahan-tahan mulu! Hari ini saya berikan penghargaan kepada diri saya sendiri atas keberanian saya melewati ini semua. Halah alasan, bilang aja emang doyan hahaha.. Paksu pun sama sekali tidak protes, malah berjanji membelikan martabak manis cokelat keju yang sudah saya minta dari tiga minggu lalu malam hari nanti. Yeay! Suamiku baiiiiiik sekaliii...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...