Langsung ke konten utama

Pertemuan Pertama Dengan Dokter Obgyn!

Suasana pengantin baru masih menyelimuti pernikahan kami,walau pernikahan ini sudah berjalan empat bulan, ya karena masih hangat-hangatnya, seperti kue yang baru mateng hihihi... Selama empat bulan ini pertanyaan mainstream untuk pengantin baru seperti "Gimana? Udah isi?" mewarnai kehidupan pernikahan yang masih seumur jagung ini. Ya saya dan suami santai saja menjawab kalau memang belum ada tanda-tanda.

Kami memang belum terlalu memusingkan perihal kehamilan walau misalkan dikasih cepat juga gak nolak, jadi gak ada pikiran untuk nunda juga, kebaikan kok ditunda ya kan ya kan. Jadi pertanyaan-pertanyaan dari para nyinyiers, saya sebut begitu karena sebagian bertanya karena memang peduli, sebagian lagi karena iseng, sebagian karena kepo aja, dan sebagian yang lain karena ingin membandingkan atau membanggakan dengan nasibnya yang lebih mujur. Nah tiga kelompok terakhir ini yang saya juluki dengan nyinyiers, karena komentar-komentar mereka sering kali unfaedah dengan pejuang-pejuang hamil seperti saya. Terkadang saya bisa menanggapi dengan santai ocehan mereka, ya selalu santai sih sebenarnya, cuma ada kalanya sampai rumah saya baper terus mewek deh hehehe.. Maklum lah namanya juga wanita, emosi sering gak stabil, pengaruh hormon.

Nah! Berawal dari kebaperan saya ini lah saya mulai kepikiran untuk memeriksakan kondisi saya ini ke dokter obgyn. Menurut Wikipedia obgyn adalah..
Obstetrics and gynecology (commonly known as OB-GYN, OBG, O&G or obs and gynae) is the medical specialty that deals with pregnancy, childbirth, and the postpartum period (obstetrics) and the health of the female reproductive systems (vagina, uterus, and ovaries) and the breasts (gynecology).

Artinya kurang lebih Obgyn ini spesialisasi medis yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran, menstruasi setelah kelahiran (nifas), dan kesehatan organ reproduksi wanita juga dan juga payudara. Jadi dokter obgyn adalah dokter spesialis yang menangani kasus seputar hal seperti yang disebutkan di atas.

Sebelum mencari dokter obgyn yang akan kami datangi, saya dan suami sepakat untuk memeriksakan diri saya hanya kepada dokter obgyn wanita dan muslim. Pertimbangannya karena jika diperiksa oleh dokter wanita saya dan suami merasa lebih nyaman dan tidak canggung sehingga bisa memudahkan segala prosesnya, dan pastinya karena Paksu (Pak Suami) berat hati kalau istrinya dilihat oleh lelaki lain ceilah.. Sebenarnya sih kalau misalkan terpaksa, jika memang ada dokter laki-laki yang lebih mampu menangani permasalahan kami, ya gak apa-apa juga, tapi kami tetap berikhtiar untuk mencari dokter wanita terlebih dahulu. Pertimbangan kedua kenapa harus muslim, karena saya memiliki siklus haid yang tidak teratur, dan saya bingung membedakan yang mana darah haid dan yang mana istihadhah, sehingga sering membuat saya ragu untuk beribadah, jadi saya butuh berkonsultasi dengan dokter yang juga paham masalah fiqih wanita seperti ini.

Akhirnya setelah diskusi yang panjang dan pertimbangan yang matang, halah.. Berbekal dari info beberapa emak-emak yang sudah berpengalaman, saya dan suami memutuskan pilihan kami jatuh kepada.. eng ing eng.. dr. Mestika Sari Ginting, Spog! Yeay!
Selain dari memenuhi kriteria, keputusan ini dilandaskan dari aspek ekonomi. Ya dr. Mestika Sari Ginting, Spog mematok tarif yang tidak terlalu mahal untuk sekali konsultasi, tidak sampai seratus ribu rupiah! Wow! Semoga Allah memberkahi kehidupan dokter.

Sabtu, 6 Agustus 2016. Pengalaman pertama bagi saya dan suami menginjakkan kaki di dokter obgyn, kami datang ke tempat praktek dr. Mestika Sari Ginting, Spog yang buka setiap sore sampai malam, dari hari senin sampai sabtu. Kami datang hari Sabtu karena Paksu tidak bekerja hari Sabtu dan Minggu. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sekitar 10km dari rumah, jarak segitu lumayan membuat saya pegal, dan akhirnya sampai juga kami di tempat ini. Saya turun lalu merenggangkan badan, halah lebay hahaha.. Paksu sih terlihat biasa saja ya karena memang tempat praktek ini tidak terlalu jauh dari kantornya, jadi jarak segini ditambah kemacetan sudah makanan sehari-hari bagi Paksu. Sungguh besar perjuanganmu suamiku untuk mencari sesuap nasi dan segenggam berlian. Oke skip..

Kami berjalan dari tempat parkiran yang terletak di semacam basement? Ya semacam itulah, lalu menapaki anak-anak tangga untuk masuk ke dalam bangunannya, lumayan juga nih untuk buibu hamil naik turun tangga begini apalagi yang udah hamil gede ya. Gitu sudah masuk kami berdua celingukan bingung harus mulai dari mana, ya namanya juga pengalaman pertama, dengan malu-malu saya menghampiri resepsionis yang ada di meja depan sambil menanamkan pemikiran "Kami sudah menikah. Kami sudah halal. Jangan malu." hahaha..

Saya langsung disuruh mengisi formulir administrasi, dicek tekanan darah dan disuruh untuk naik ke atas timbangan badan.. Wait.. What!?
Please gak usah pake acara nimbang deh, batin saya, yang pasti tidak terdengar oleh pegawainya. Saya pasrah aja lalu naik ke atas timbangan, dan jarum berhenti di angka yang memang semestinya. Ya, saya gendut, saya tau. Setelah itu semua saya disuruh menunggu nama saya dipanggil untuk masuk ke ruang dokter, lumayan ramai juga yang ikut mengantri, didominasi oleh ibu-ibu berperut buncit pastinya.

Hampir satu jam berlalu akhirnya tiba juga giliran saya, Paksu pun ikut masuk menemani. dr. Mestika Sari Ginting, Spog cukup ramah dan komunikatif, saya jadi nyaman untuk bertanya segala hal dengan beliau. Prosedur pertama yang dilakukan adalah USG Trans-V, yakni memasukkan alat melalui vagina untuk melihat keadaan di dalam rahim. Rasanya? Tidak sakit, hanya sedikit tidak nayaman. Saat itu hari haid ke-2 dan merupakan waktu yang tepat untuk mendeteksi apakah ada kista atau miom di dalam rahim. Alhamdulillah rahim saya bersih dari hal-hal tersebut.

Setelah pemeriksaan dr. Mestika Sari Ginting, Spog menyarankan saya untuk meminum pil KB selama tiga bulan untuk meregulasi haid saya yang tidak teratur, karena jika haid tidak teratur akan sulit untuk menentukan masa subur yang diperlukan untuk program hamil. Saya manut saja, toh kami kan gak buru-buru, dan ini demi kebaikan juga kelancaran program. Saya juga diresepin vitamin Asam Folat 400mg yang harus diminum setiap hari untuk persiapan kehamilan. Semua sudah beres, kami langsung meninggalkan ruangan dan pergi ke kasir. Saya lupa tepatnya, tetapi Paksu hanya merogoh kocek sekitar dua ratus ribuan untuk konsultasi, administrasi dan vitamin Asam Folat, juga sudah termasuk biaya USG. Murah sekali kan? Ya semoga ini adalah awal yang baik dari penantian kami.


Hasil USG pertama. Belum ada debaynya hehe..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah dokter (lagi) ke dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG. Semoga ini yang terakhir.

Seperti yang telah saya jelaskan di postingan sebelumnya dr. Rachma merujuk saya untuk berkonsultasi dengan dr. Hilma Putri Lubis, M.Ked(OG), SpOG terkait masalah PCOS saya. Seperti yang telah saya katakan juga jika esok harinya bertepatan dengan hari libur nasional, jadi dokter tidak ada di tempat, begitu juga dengan keesokan harinya yang ternyata dokter Hilma sedang mengambil cuti. Saya sudah sangat tidak sabar sehingga saya browsing  untuk mencari dokter obgyn lain, lalu dapatlah nama dr. Hj. Suty Nasution, SpOG (K). Wah tenyata dokter Suty sudah ada gelar konsultannya. Saya pun bersemangat, saya mencari nomor yang bisa dihubungi tetapi ternyata tidak ada. Sampai saya hubungi RS Sarah Medan karena saat saya browsing dokter Suty ini juga menangani pasien di rumah sakit tersebut, tetapi pihak RS pun tidak mengetahui nomor telepon tempat prakteknya. Kebetulan salah satu teman saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan salah satu dokter yang dia tau dari temannya juga jika d...

Pengalaman Pertama dan Terakhir HSG

Kata-kata merupakan doa, benar kan? Jadi saya berharap ini merupakan pengalaman HSG saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Jadi atas rujukan dr. Mestika Sari Ginting, Spog, saya harus melakukan HSG sebelum memulai rangkaian program kehamilan. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopii). Begitulah penjelasan singkat mengenai HSG yang saya kutip dari website  AyahBunda . Saat dijelaskan oleh dr. Mestika Sari Ginting, Spog mengenai prosesnya, sekaligus pengalaman dokter sendiri saat menjalaninya, saya sudah bisa merasakan bagaimana ngilunya proses tersebut, untungnya dokter Mestika meresepkan saya obat penghilang rasa nyeri sebanyak dua butir yang harus dimasukkan melalui dubur setengah jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan hanya boleh dilakukan pada hari ke 10, 11, atau 12 dihitung dari hari mestruasi pertam...

Total Biaya Inseminasi 3 Mei 2018 - 26 Mei 2018

Daftar ini sebagai rujukan untuk memudahkan bagi pembaca yang berencana untuk melakukan tindakan Inseminasi. Sebelumnya saya mengingatkan jika kemungkinan biaya yang dikeluarkan tiap pasangan akan berbeda, tergantung kondisi masing-masing. Seperti kasus saya ini contohnya, saya tidak mengeluarkan biaya untuk suntik pembesar sel telur, karena saya cukup mengonsumsi obat saja. Suntik pembesar sel telur bisa dilakukan berkali-kali tergantung pertimbangan dokter, dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, biaya per sekali suntik setahu saya sekitar Rp 450.000,- dan suntik tersebut bisa dilakukan sampai sepuluh kali. Wow lumayan sekali kan, untungnya saya gak perlu suntik, walau sebenarnya prosedur inseminasi yang direncanakan sejak awal haruslah dengan suntikan. Kalau saya ini kan kasusnya dadakan hehehe.. Nah yang kedua, sebelum melakukan prosedur inseminasi, suami diharuskan mengecek sperma di laboratorium dan istri melakukan prosedur pemeriksaan HSG untuk memastikan tidak ada penyum...